Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Berebut Kursi

T ahun politik sudah ada di depan mata. Tinggal berhitung berapa bulan lagi genderang tersebut akan ditabuh. Apa yang kita ingat dari tahun politik? Kampanye? Partai politik? Bilik suara? Atau serangan fajar berharap dapat kardusan indomie dan literan beras lengkap dengan 4 sehat lima sempurnanya? Atau amplop berisi lembaran uang? Sah-sah saja kalau ingat semua elemen itu. Karena pada kenyataan tahun politik memuat tentang semuanya. Bisa dibilang apa yang disebutkan tadi jadi konten yang wajib ada. Obrolan di gardu ronda pun nanti bisa berubah dari guyon jadi tegang. Dari canda jadi petaka. Wah repot kalau sudah ditahun itu. Kalau Cuma sindiran soal jagoan klub bola mah enteng, kalau ini mah bisa jadi kubu yang saling meminggirkan. Beda pilihan politik bisa dianggap beda segalanya, bahkan bisa dinilai beda keyakinan. Sebenarnya simpel, di tahun tersebut yang jadi rebutan adalah kursi. Kursi yang kini nilainya bisa menjadi ratusan bahkan milyaran rupiah harganya. Kursi yang haru...

Wabah Dilan

D ilan adalah tokoh fiksi yang ditulis oleh penulis beken Pidi Baiq. Sosok yang pada awal tahun 2018 ini menghebohkan generasi milenial di terbitkan dalam tiga bundel buku. Masing-masing judulnya “Dilan : Dia adalah Dilanku Tahun 1990”, “Dilan : Dia adalah Dilanku Tahun 1991”, dan yang terakhir “Suara hati Dilan”. Sebenanya sebelum diterbitkan dalam bundelan buku, kisah ini pun sudah sempat diangkat melalui laman blog sang empunya.  Buku dengan tiga judul tersebut terbagi menjadi dua bagian cerita. Dua buku pertama di ceritakan dengan sudut pandang gadis belia yakni Milea Adnan Hussain, sedangkan buku ketiganya dalam sudut pandang Dilan si panglima tempur dari salah satu geng motor pada masanya. Pasca diangkatnya ke layar lebar, film ini pun langsung laris manis bak kacang goreng. Menjadi pembicaraan berbagai kalangan, sebenarnya sah-sah saja siapa yang mau berbicara. Entah remaja 17 tahun atau kakek nenek 71 tahun pun boleh saja membicarakannya. Rayuan maut yang kocak nan ...

Jatuh Hati Itu Repot

J atuh hati barangkali padanannya adalah dimabuk cinta. Haramkah? Sakit kah? Karena kata hadis, semisal yang diriwayatkan Tirdmidzi bahwa semua yang memabukan itu haram hukumnya. Barangkali itu pun berlaku untuk dimabuk cinta. Kenapa demikian? Karena mabuk membuat manusia kehilangan akal pikirannya yang sehat. Kenapa tidak sehat? Karena semua dipikirkan dalam satu sisi tanpa pertimbangan matang. Semua kerja otak terfokus pada satu hal sosok yang dimaksud. Semua berjalan tanpa control yang tepat. Biasa berjalan berdampingan, kini akal hanya berjalan sendiri dengan kerja otak yang tak terpantau. Satu lagi, jika kerja otak sudah tak terkontrol maka segalanya bisa saja timbul kerusakan. Itulah yang menjadi alasan kenapa mabuk itu diharamkan. Lalu sakit kah? Semua yang berkaitan erat dengan kata jatuh saya rasa tidak ada yang enak. Sakit sudah pasti menunggu jikapun ada bahagia. Maka tak elok pula jika kita ibaratkan jatuh hati adalah kata yang tepat untuk mengatakan kebahagiaan yang...