
Jatuh hati barangkali padanannya adalah dimabuk cinta. Haramkah?
Sakit kah? Karena kata hadis, semisal yang diriwayatkan Tirdmidzi bahwa semua
yang memabukan itu haram hukumnya. Barangkali itu pun berlaku untuk dimabuk
cinta. Kenapa demikian? Karena mabuk membuat manusia kehilangan akal pikirannya
yang sehat. Kenapa tidak sehat? Karena semua dipikirkan dalam satu sisi tanpa
pertimbangan matang.
Semua kerja otak terfokus pada satu hal sosok yang dimaksud. Semua
berjalan tanpa control yang tepat. Biasa berjalan berdampingan, kini akal hanya
berjalan sendiri dengan kerja otak yang tak terpantau. Satu lagi, jika kerja
otak sudah tak terkontrol maka segalanya bisa saja timbul kerusakan. Itulah
yang menjadi alasan kenapa mabuk itu diharamkan.
Lalu sakit kah? Semua yang berkaitan erat dengan kata jatuh saya
rasa tidak ada yang enak. Sakit sudah pasti menunggu jikapun ada bahagia. Maka
tak elok pula jika kita ibaratkan jatuh hati adalah kata yang tepat untuk
mengatakan kebahagiaan yang hakiki.
Pernah dengar kisah kisah kolosal Roro Jongrang dan Bandung
Bondowoso. Bagaimana heroiknya Bandung untuk mendapatkan Jongrang. Bahkan
permintaan sang putri pun tidak main-main, bukan minta dibelikan tas merek
Hermes namun minta dibuatkan 1.000 candi. Sanggup? Mungkin ini yang dikatakan
oleh sailormon dan merasuk dalam jiwa pemuda gagah perkasa Bandung Bondowoso
“dengan kekuatan cinta dan kasih sayang” akan ku penuhi 1.000 candi yang kau
minta Jongrang.
Lalu gambaran kisah cinta Sangkuriang dan Dayang Sumbi.
Sangkuriang yang merupakan anak kandung dayang sumbi rela melakukan apa saja
demi sang tercinta. Pasti ingat, bahwa pada saat itu Dayang sumbi yang
kecantikannya amat luar biasa itu tidak minta diantar berlibur ke Maldives,
tapi dibuatkan bendungan lengkap dengan perahunya dalam waktu satu malam.
Syarat berat itu pun tetap dipenuhi oleh Sangkuriang, walaupun kemudian
hasilnya tak sesuai harapan.
Namun memang cinta itu paradoks, semua yang harusnya sakit tapi
rupanya tak berlaku untu yang ini. Pantas banyak muda mudi yang hilang akalnya
saat jatuh hati. Semua rela diberikan untuk sang tercinta, jangankan harta,
nyawanya pun rela dia berikan. Tidak percaya?
Beberapa kasus bundir alias bunuh diri dikalangan remaja tak
jarang terjadi karena alasan jatuh hati. Sebagai bukti bahwa ia tulus mencintai
sang tercinta dia rela gantung diri. Bahkan setahun lalu kita pun sempat
dihebohkan dengan aksi nekat bunuh diri yang live via facebook. Tak lain
alasannya adalah cinta, namun yang ini bukan muda mudi yang baru kenal cinta.
Padahal kisah cinta kita tidak seberat dua judul cerita rakyat di atas. Masih
untung kita.
Ah sebegit repotnya jatuh hati. Kenapa tuhan ciptakan rasa “jatuh
hati”, barangkali itu ujian. Karena dengan jatuh hati lah kita bisa berbuat
dengan amat ikhlas. Gagalnya seorang manusia kala jatuh hati adalah saat dia
tak mampu membuat tersenyum sang tercinta.
Jatuh hati itu ibarat menjaga gelas yang amat tipis. Kau jaga dia
perlahan dan amat hati-hati. Jangan sampai dia terjatuh atau lecet barang
sedikit pun. Namun dijaga seperti apa pun pada akhirnya jatuh juga dan pecah.
Namun jika beruntung gelas tipis mu kan tertangkap dan selamat. (*)
Komentar
Posting Komentar