Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Catatan Malam

“Bercita-citalah menjadi Manusia” Kelebihan kita sebagai seorang manusia adalah akal, dan kekurangan kita sebagai manusia adalah emosi, parahnya kita selalu terjerumus pada emosi yang legam dengan amarah. Terlebih hal-hal itu adalah salah satu yang bersimbolkan hasrat, jiwa manusia mana yang akan tegas dan rela bersikap patuh pada akal untk selalu putih. Emosi menjadi sebuah warna yang akan bergerak, lalu berubah nyaman, namun untuk sementara. Aku sering dengar bahkan sering pula menjawab jika seorang guru bertanya padaku, “apa cita-cita kamu kalau sudah besar?” aku bilang, “ingin menjadi manusia yag bermanfaat” lantas guru ku terdiam dan dengan wajah kecewa menatapku, mungkin dalam pikirnya, anak ini tak punya cita-cita. Lantas guru ku bertanya lagi kepada teman ku yang lain “apa cita-cita mu kalau sudah besar?” lantas temanku menjawab “menjadi pilot” blabalabla, dan guruku tersenyum puas. Lantas apa yang aku pikirkan dengan jawabanku pada masa itu? Hal itu terjadi biasa p...

Cerpen : Kerabat Tikus

Oleh : Dindin Hasanudin   “Halo..” telpon berdering berulang kali, waktu itu tengah sarapan pagi, Hendarto dan keluarga sedang berkumpul bersama. maklum, keluarga pengusaha yang terkenal sangat kaya raya dan salah satu orang terkaya di Indonesia versi majalah trubus. “Tuaann, Tuann ada telfon ..” Sartini tergopoh berbicara kepada Hendarto sambil memegang gagang telfon. Daster kebesarannya masih tetap melekat di tubuhnya, dengan celemek yang jadi aksesoris pemanis bagi dirinya. “dari siapa tin?...” tanya Hendarto kepada Sartini, sambil tangannya tetap memegang sendok dan garpu, memotong roti sarapan paginya “dari Pa Gub tuan,..” sambil memberikan gagang telfon itu kepada Hendarto yang segera pula meninggalkan meja makan, “haloo..selamat pagi pa Gub, ada apa gerangan pagi-pagi sekali menelfon kesini..?..” Hendarto dengan sangat hati-hati menjawab telfon yang baru saja di angkatnya dan langsung menyerang dengan pertanyaan-pertanyaan fatik. “Pa hen, saya butuh uang, istri...

POLITIK DAN KETIDAK DEWASAANNYA

D"opini" “Semakin dewasa perpolitikan itu semakin terlihat kacau, antara yang memaknai dan yang berperan dalam mendefinisikan kacau, elit hilir mudik mencari cara untuk membentuk kemenangan dengan jalan prestisius dalam anggapannya” Apa yang kita paham tentang politik? Apa yang kita paham tentang kedewasaan? Adakah kaitan dari kedua kata ini? Politik dan kedewasaan adalah sebuah proses saling bertoleransi dan saling bersikap untuk sebuah upaya yang lebih baik melalui sistem kesadaran. Jika kita berbicara politik dan kedewasaannya, maka kita akan membicarakan sebuah sistem yang telah tertata rapi dan telah terbentuk dengan sangat detail sehingga orang diluar atau actor politik akan dapat memahami alur yang berkembang. Sistem yang dimaksud adalah sebuah sistem yang berlandaskan kesadaran. Sistem yang berlandaskan kesadaran adalah tingkatan sistem yang telah mencapai titik sempurna dan telah berada dalam tingkatan teratas dari berbagai sistem yang ada, sebu...

"Persatuan" ?

D"opini" “setiap anak manusia dilahirkan untuk jalan yang berbeda, namun untuk tujuan yang sama yaitu ibadah”. Kita terlahir bagai kertas putih yang dihempaskan angin lalu ditiup kekiri dan kekanan dan terlempar lalu ditangkap dan diberi tinta hingga tercipta harmoni atau konflik di lembarnya yang jelas tertancap dan melekat selamanya”. Normal jika setiap manusia ingin lahir dan berjalan sesuai dengan keinginannya lalu bergerak denagn caranya sendiri, tak pernah ada manusia yang ingin sama dengan makhluk lainnya, jika dia sama dengan yang lainnya maka hilanglah sifatnya sebagai seorang manusia yang ebrakal dan berhati nurani. Tak pernah ada manusia yang terlahir tanpa akal, kita hanya berbeda dalam cara memandang, dengan akal yang sama dan diciptakan oleh dzat yang sama namun kita membentuknya menjadi perbedaan akankah itu perdamaian atau pertentangan, dan dalam perihal ini dunia tidak menawarkan bagian lainnya yang dijadikan solusi. Bagai kapas putih ya...