Oleh : Dindin Hasanudin
“Halo..” telpon berdering berulang kali, waktu itu tengah sarapan pagi, Hendarto dan keluarga sedang berkumpul bersama. maklum, keluarga pengusaha yang terkenal sangat kaya raya dan salah satu orang terkaya di Indonesia versi majalah trubus.
“Tuaann, Tuann ada telfon ..” Sartini tergopoh berbicara kepada Hendarto sambil memegang gagang telfon. Daster kebesarannya masih tetap melekat di tubuhnya, dengan celemek yang jadi aksesoris pemanis bagi dirinya.
“dari siapa tin?...” tanya Hendarto kepada Sartini, sambil tangannya tetap memegang sendok dan garpu, memotong roti sarapan paginya
“dari Pa Gub tuan,..” sambil memberikan gagang telfon itu kepada Hendarto yang segera pula meninggalkan meja makan,
“haloo..selamat pagi pa Gub, ada apa gerangan pagi-pagi sekali menelfon kesini..?..” Hendarto dengan sangat hati-hati menjawab telfon yang baru saja di angkatnya dan langsung menyerang dengan pertanyaan-pertanyaan fatik.
“Pa hen, saya butuh uang, istri saya akan melahirkan, tolong kirimi saya uang ke rekening saya..” orang ditelfon itu menjawab dengan sangat cepat dan menjelaskan pesannya secara ringkas dan padat.
“owhh baik pa Gub, nanti saya langsung suruh orang untuk mentransfer uangnya ke rekening bapa...”
“transfer ke Rek ini saja 0198937827 BRI, segera yah, saya tunggu yah pa Hen, terimakasih banyak..”
“iyah pa Gub, selamat pagi..” telfon itu langsung di tutup dan Hendarto lalu meninggalkan telfon itu dan kembali ke meja makan, lalu melanjutkan sarapannya, sepotong roti yang telah habis disantapnya dan segera dia mengambil tisu dan membersihkan mulutnya dan kemudian berdiri hendak bergegas pergi.
“ada apa pah? ko tumben pa Gub menelpon kesini?..” istrinya nyerocos bertanya kepada Hendarto sambil menghentikan makannya sejenak.
“itu mah, pa Gub butuh uang katanya, istrinya mau melahirkan dan dia minta papa untuk mentrasfer uang ke rekeningnya..”
“ko tumben banget pa Gub minta ditransfer uang, bukannya dia itu orang kaya, gaji besar, harta berlimpah bahkan istrinya saja dua, masa dia sampai minta ditransfer uang segala..” istrinya terus nyerocos panjang lebar seperti asap rokok yang keluar dari mulut mang kaseman, supir pribadi Hendarto.
“ya ga tahu juga mah, mungkin memang dia lagi kekurangan uang, kan beberapa hari yang lalu perusahaan pa Gub yang di Semarang baru saja kebakaran, makannya mungkin saja dia butuh uang banyak saat ini, apalagi sangat mendesak, udah ah mah papa mau berangkat dulu..” sambil menghampiri istrinya dan mencium kening istrinya, lalu bergegas keluar.
“pah..”istrinya memanggil lagi
“iyah mah, ada apa?..”
“itu pah, ..” sambil menunjuk ke Hendarto bagian bawah..
“apa sih mah?..” dengan wajah sedikit kesal, karena hari memang sudah hampir siang dan dia juga sudah ditunggu oleh Pa Gub untuk mentrasfer uangnya.
“itu loh pah, papah mau kekantor tapi belum pake celana..hhaa”
“haduuhh..” menutup mata dan kemudian memukul keningnya, sambil berlari kekamar dan segera memakai celana. lalu kemudian dia selesai mengenakan celana panjang dan telah rapih serta siap untuk berangkat ke kantor.
“ya udah mah, papa pergi dulu, hati-hati dirumah yah mah, kalau ada orang pake peci putih datang ke rumah jangan di bukain pintu, kalau ada apa-apa kabarin papa, ya udah love you..” sambil mencium kening istrinya,
“iyah pah, hati-hati yah, love you too..” sambil memberikan tas jinjing suaminya, istrinya melambaikan tangan kepada suaminya yang telah masuk kedalam mobil.
“”ayo man, langsung ke bank yah..” sambil menutup pintu mobilnya dan kemudian membuka laptop yang ada di tas jinjingnya itu dan mulai melihat-lihat laporan keuangan perusahaannya.
“iyah siap tuan,..” Kaseman mulai menyetir dan menjalankan mobil berwarna hitam itu, BMW mobil itu, mobil yang sangat mewah untuk sebagian orang dan biasa saja juga untuk sebagian orang lainnya.
dengan tanpa banyak tanya Kaseman mengendarai mobil itu dan fokus melihat kedepan, namun kemudian dia membuka percakapan juga dengan tuannya.
“Tuan mau disetelkan music?..”sambil melihat kekaca spion dalam di mobilnya.
“boleh, Sepasang mata bola yah..” Hendarto menjawab dengan tanpa melihat kedepan sedikitpun, matanya masih terfokus ke laptop yang dipegangnya itu.
“baik tuan, ..”sambil menyalakan tape di mobilnya,
Hendarto menoleh ke depan ke arah supirnya itu, “ ko ini lagunya ga kaya yang biasa saya dengar yah man..?..” menunjuk kearah tape di mobilnya itu.
“ah masa sih tuan, ini sepasang mata bola ko tuh denger ajah liriknya...” kaseman menjawab dengan wajah sedikit menunduk, namun tetap tersenyum, maklum dia ini supir yang terkenal ramah.
“ko wanita yang nyanyinya?..kemarin pria yang bernyanyi..yang kita denger di lampu merah itu loh man..” dengan nada sedikit kesal
“owhh yang kemaren kita denger dari pengamen itu kan tuan, ?..”
“iyah itu, ganti..” Hendarto menunjuk pada tape dengan wajah semakin kesal,
“baik tuan,.” dan music pun diganti dengan rekaman lagu pengamen yang pernah di dengarnya tempo hari itu sesuai dengan permintaan tuannya.
“nah ini kan enak..” Hendarto menikmati lagu yang di putarnya itu.
“aneh, tadi sudah di puterin lagu aslinya malah dibilang ga enak, sekarang minta diputerin rekaman nyanyi yang sama padahal cuman suara pengamen hih..”Kaseman sedikit kesal, dan setengah berbisik.
“kenapa man?..”
“ga papa tuan, enak lagunya?..”
“iyah enak man, ini lagu yang nyanyi pengamen pavorit saya loh dari zaman SMP dulu..”
lalu kemudian mereka pun sampai lah di bank,
“tuan sudah sampai,..” Kaseman menghentikan mobilnya dan memarkir mobil itu.
“loh? ini kan Bank century..” dengan wajah kaget Hendarto melongo melihat ke luar dari jendela mobilnya.
“loh, emang tuan mau diantar ke Bank mana?..” Kaseman dengan wajah bingung,
“ke Bank Rakyat Indonesia BRI, tahu kan kamu ah..”
“halah, saya kira mau kesini, biasanya kan tuan ke sini setiap senin pagi..” kaseman menjelaskan rentetan jawabannya kepada tuannya.
“hussh, kita ga boleh kesini lagi, Bank ini mau di tutup, saya kan ga mau masuk tahanan KPK, sudah buruan ..” Hendarto segera menyuruh Kaseman untuk pergi dari Bank yang sudah dihadapannya itu.
kaseman segera memutar mobilnya dan mengantar tuannya ke bank tujuannya BRI, dengan tanpa banyak obrolan akhirnya mereka pun sampai di Bank BRI seperti yang di minta tuannya itu.
“sudah sampai tuan, ..” sambil turun lalu membukakan pintu mobil tuannya, dan kemudian Hendarto pun turun dari mobil itu, dan kemudian bergegas masuk ke dalam bank itu yang kebetulan sudah ramai karena jam sudah menunjukkan pukul 09.15, dan segera dia mengambil kertas untuk mentransfer uangnya itu.
“ehh, no rekening nya tadi berapa ya, ko saya lupa..” menggaruk garuk kepala, hendarto segera mengeluarkan Handphonenya, lalu kemudian menelpon
“haloo..” telfon dijawab.
“mah, papa tadi mau transfer tapi no rekeningnya ketinggalan, tolong sebutkan no rekening pa Gub yang papa tulis di buku telfon di dekat telfon mah,.” sambil menyiapkan pulpen dan kertas bersiap untuk menuliskan.
“0198937827..itu pah no nya..” istrinya menjawab.
“papa ulangi lagi yah 0198937827..benar..?..” Hendarto menegaskan kata-kata istrinya itu.
“iyah bener pah...ya udah pah, mamah mau nganter si nyonya dulu kepasar..” orang ditelfon itu menjawab
“makasy yah mah..” kemudian menutup telfonnya, dan memasukan Handphonenya kedalam saku celananya lagi. Dan kemudian dia menghampiri teller dan menyerahkan kertas untuk transfer itu dengan nominal yang tertulis Rp. 50.000.000,-
kemudian Hendarto pun bergegas keluar kantor Bank BRI itu, dan masuk kedalam mobilnya, yang disana Kaseman telah menunggu sejak tadi.
“sudah tuan ?..”
“sekarang ke kantor ya man..” Hendarto membuka laptopnya kembali, namun kemudian dia terkejut ketika membuka email yang masuk, dan kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.
“haduh, apa-apaan ini, saham kenapa anjlok dan keuangan pun turun drastis, ini pasti gara-gara perusahaan pa Gub yang kebakaran, dan saya kehilangan saham saya yang ada di perusahaan..” Hendarto berbisik dalam hatinya, dengan wajah yang semakin murung.
“kenapa tuan?..”kaseman menyapa tuannya yang terlihat sangat murung itu.
“tidak ada apa-apa man, kamu pasti ga ngerti masalah saya..” sambil menundukkan kepalanya.
mereka pun melanjutkan perjalanannya dan kemudian mereka pun sampai di depan kantor perusahaan Hendarto, namanya Darto finance Group (DFG), salah satu perusahaan terbesar yang ada di Indonesia, perusahaan ini bergerak di bidang jasa asuransi, dan telah berhasil mengembangkan bisnis asuransinya ini kesemua aspek masyarakat.
“pagi pak..” satpam di depan perusahaannya menyapanya sambil membukakan pintu gerbang kantornya.
“pagi..kantor aman?..”
“iyah aman pa, beberapa hari yang lalu orang-orang KPK datang kesini..” satpam itu menjelaskan tuturnya sambil tetap hormat kepada Hendarto.
“orang KPK? ada apa mereka?..” pikirnya dalam hati
“owhh, oke ..” sambil bergerak masuk kedalam kantornya, lalu kemudian Hendarto pun turun dari mobilnya dan masuk kedalam kantornya, kemudian bergegas masuk keruangan kantornya. lalu duduk di kursinya, namun kemudian dia tersentak kaget saat disampingnya ada Kaseman yang sedang berdiri tepat di sebelahnya.
“loh, ngapain kamu ikut masuk? tunggu di mobil..” sambil menunjuk kepintu ruangan, namun dia sangat terkejut saat melihat tangan kirinya tengah terborgol kepada tangan kanan supirnya.
“loh loh, ini kenapa tangan saya ..” sambil mengayunkan tangan kirinya
“maap Tuan, sekarang tugas saya adalah mengantar tuan,..” kaseman masih menunduk dan menjawab kebingungan tuannya itu.
“apa-apaan kamu ini?..cepat lepaskan saya.” Hendarto kesal dan membentak Kaseman, sembari terus meronta untuk melepaskan borgol tangannya.
“maaap tuan, saya harus mengantar tuan segera...”
“mau kau antar kemana aku?.. kamu kurang ajar sekali, cepat lepaskan.
“saya harus mengantar Tuan Ke Lapas,..” sambil menggerakkan tubuhnya untuk berjalan keluar.
“apa? apa maksud kamu lapas?..” Kaseman meluap emosinya dan
“praaakk..” Hendarto menampar supirnya itu yang berdiri tegap di sebelahnya itu.
“maap tuan Hendarto saya orang KPK, dan yang beberapa hari lalu datang adalah orang suruhan saya, saya terpaksa menangkap tuan karena tuan terbukti menggelapkan uang tender-tender asuransi pemerintahan, “ Kaseman menjelaskan tuturnya dengan tegas tidak seperti biasanya saat menyetir untuk tuannya.
“hah..!!!....” Hendarto sangat terkejut, orang yang selama ini menjadi supirnya itu rupanya orang yang memata-matai dirinya, emosinya semakin meluap namun apa daya nasi telah menjadi bubur, supir ini telah memiliki bukti-bukti yang nyata akan kejahatannya selama ini.
“mari tuan, istri tuan sudah menunggu di sana..”
“apa?..istriku? lalu siapa yang menjawab telfon saya pagi tadi?..” Hendarto semakin bingung.
“itu pembantu tuan, dan dia adalah polwan yang selama ini bertugas di rumah tuan.
“halaah, mati aku..”menepuk jidatnya.
“apa-apaan ini, tadi pagi pa Gub minta dikirim uang dan sekarang, aku harus mendekam di lapas..” semakin bingung Hendarto
“iyah itu tadi Guberto, dia sipir penjara yang istrinya akan melahirkan, bekas tukang kebun tuan..” Kaseman menjelaskan panjang lebar masih dengan posisi tegap berdiri disebalah Hendarto.
“apa? jadi itu bukan Pa Gubernur?..haa...”tepok jidat, dan merasa menjadi makhluk paling sial di dunia ini pada hari itu, dan entah kenapa dia pun tidak meneliti dulu siapa yang dia panggil pa Gub itu tadi, “kalau tahu tahu itu Guberto aku tidak akan memberikan uangku.” semakin kesal dirinya pada diri sendiri, dan orang-orang dikantor terpana akan kejadian itu dan mereka seperti terkaget-kaget bahwa bosnya adalah koruptor.
“mari..” Kaseman membawa Hendarto dan membiarkannya duduk di kursi depan bersebelahan dengan supirnya itu.
mobil pun dijalankan, dan sepanjang perjalanan mereka tak bercakap-cakap, hendarto masih belum percaya bahawa sebentar lagi dia akan masuk kedalam penjara atas kebodohannya itu.
“tuan semua wawasan yang benar pasti akan membawa kita pada tindakan yang benar pula,..” Kaseman berucap, dia seperti socrates pada detik ini yang berkata bijak dan mencerca dengan banyak pertanyaan yang menyesakan hati.
lalu tanpa menjawab sedikitpun mobil akhirnya sampai juga di depan lapas, dan kemudian mereka turun dari mobil itu, dan kemudian mereka memasuki lapas itu. lalu Kaseman memasukan hendarto kedalam ruang penjara yang kumuh dan sempit itu.
“selamat pagi tuan, “ tampak disana Guberto yang menggunakan baju seragam sipir dan berbadan tegap mengunci pintu ruang penjara itu.
“kau?..lepaskan aku Guberto, aku tidak mau ada disini..” Hendarto berteriak-teriak dan memukul-mukul pintu penjara yang telah terkunci itu.
kemudian dia sangat terkejut dan lebih dari setengah mati saat dia melihat isrtinya berdiri tegap didepan pintu penjara dengan wajah gembira dan sumringah, dia mengampiri pintu penjara itu.
“pah, selamat ulang tahun...” sembari memberikan kecupan dikening Hendarto, lalu Guberto pun datang membawa kue tar yang lengkap dengan lilin bergambar 55 Tahun,
“apa-apaan ini? “ Hendarto masih terkejut dan tidak percaya, entah apa yang terjadi dengan harinya saat ini, sangat kacau..
lalu kemudian pula muncul seseorang dengan menyanyikan sebuah lirik lagu yang telah hafal dengan nada bahkan suaranya itu. yah lagu sepasang mata bola yang tepat dinyanyikan oleh orang yang dia bilang pengamen favoritnya itu, dan Hendarto sangat amat terkejut dan terbelalak, bahkan tubuhnya semakin merasa ini adalah sebuah hal-hal yang tak dapat diduga semuanya.
“haduuh,, terr terimakasih mah, mama masih ingat sama ualang tahun papa..” Hendarto memeluk istrinya dan mencium kening istrinya dan amat sangat gembira.
“maap ya pa, semua jadi seperti ini.. dan maap hanya pesta seperti ini yang dapat mama berikan, semoga papa panjang umur dan sehat selalu, ” istrinya menuturkan,
“iyah mah, ga apa-apa, ini sudah lebih dari cukup..tapi mah, mama ko bisa sampe kepikiran buat bikin acara di lapas ini?..”Hendarto masih memeluk istrinya dan berbisik kepada istrinya. Dia sangat bahagia sekali rasanya dan dia sangat bersyukur atas usianya itu.
“ngga kepikiran ko pa sebelumnya, ini hanya kebetulan saja..” istrinya menjawab dengan lugas dan wajahnya masih dengan raut yang riang,
“kebetulan?..” Hendarto sambil melepaskan pelukan erat dari tubuh istrinya dan menatap dengan wajah masih bingung namun nampak kegembiraan diwajahnya.
“iyah pah, hari ini bertepatan ulang tahun papa, dan hari ini pula kebetulan papa harus menghabiskan sisa hidup kita di penjara..”
“apaahhhh?..” Hendarto tak percaya,
“maapkan mama pah, mamah tidak bisa menjaga rahasia keluaga kita, .. tapi tenang pah, mama ada di sel sebelah ko, papah masih bisa ngobrol sama mamah” istrinya menjelaskan dengan sangat lembut dan percaya diri.
“hhaakkkkgg..” Hendarto memegang dadanya, lalu dia terjatuh dan terkulai ambruk di hadapan istrinya.
“pahh ...papahh..” istrinya menggoyang-goyangkan tubuh suaminya dan ternyata Hendarto telah meninggal terkena serangan Jantung dan akhirnya Guberto dan Kaseman serta Istri Hendarto berkumpul dan hidup menderita di penjara. Guberto sebagai sipir dan Kaseman sebagai Ketua KPK serta Istri hendarto sebagai tahanan.
Komentar
Posting Komentar