Langsung ke konten utama

Jaga Tradisi Peninggalan Belanda,

Warga Serang Tangkap Ikan Di Bendung Pamarayan

Hari ini, pemandangan yang berbeda terlihat sekali di sekitaran Bendung Pamarayan yang berlokasi di Desa Panyabarangan, Kecamatan Cikeusal pada Selasa (21/2/2017). Sejak pagi-pagi sekali, ribuan orang yang terdiri atas masyarakat dari berbagai penjuru desa sudah tampak sibuk berbondong menghampiri bendung kebanggaan masyarakat Kabupaten Serang tersebut. Kehadiran mereka di sana tidak lain adalah untuk menghadiri tradisi tahunan peninggalan masa penjajahan Belanda yang dikenal dengan sebutan Bedol Pamarayan. Tradisi tua ini memang sudah sangat dirindukan dan dinantikan kehadirannya oleh warga sekitar, lantaran sudah sejak 9 tahun lalu tidak pernah dilaksanakan lagi. Padahal tiap kali acara ini di lakukan, tak pernah rasanya sepi tempat tersebut.
Pagi itu, hujan memang sudah mengguyur sejak dini hari. Namun menjelang dilaksanakannya acara tahunan itu, hujan perlahan mulai mereda. Sepertinya alam sudah bersahabat dan tidak ingin menciderai pesta rakyat masyarakat Pamarayan dan sekitarnya itu. Diwarnai cuaca mendung dan rintik hujan, masyarakat sekitar sudah hadir lengkap dengan peralatan tangkap, mulai dari seser, jaring hingga jala. Tak hanya orang dewasa, namun anak-anak pun tak luput ikut andil dalam moment tahunan tersebut. Semuanya dilakukan demi menjaga tradisi.
Peristiwa langka itu pun sempat menarik perhatian masyarakat yang lewat di atasi jembatan bendungan, mereka bahkan sampai menyempatkan diri berhenti sejenak untuk menyaksikan warga yang sudah bergelut dengan lumpur demi ikan tangkapannya. Warga yang lewatpun tak jarang mengabadikan moment tersebut dengan camera handphonenya. Walau cuaca mendung nan dingin itu nampaknya tidak sedikitpun menyurutkan antusiasme masyarakat. Tampak gelak tawa pada warga yang berlomba-lomba menangkap ikan tersebut. Walau baju dan celana belepotan lumpur, tapi senyum riang tetap tersungging di bibir mereka.
Ada yang berbeda memang, tradisi Bedol Pamarayan yang kerap dilakukan pada tanggal 10 Oktober setiap tahunnya. Namun untuk kali ini, dilaksanakan di awal tahun dan dimusim penghujan pula. Pelaksanaannya pun terbilang mendadak, sebab biasanya satu bulan sebelum acara sudah ada surat pemberitahuan kepada tiap desa setempat. Dengan demikian, masyarakat sudah berancang-ancang mempersiapkan diri untuk menyambut hari besar itu. Walau demikian keadaannya, tradisi tahunan tersebut tetap berjalan dengan sangat meriah.
Warga Pasir Manggu, Desa Dahu, Kecamatan Cikeusal Mami mengatakan, tradisi ini memang sudah sangat dirindukan oleh masyarakat sekitar. Lantaran sudah sangat lama yakni sekitar 9 tahun lalu terakhir dilaksanakan dan baru ditahun ini bisa dilaksanakan lagi. Terakhir kali dilaksanakan pada tahun 2008. Oleh karenanya sangat pantas jika masyarakat sekitar menyambut tradisi ini dengan antusias dan bersemangat. “Baru kali ini buka lagi, sudah lama sekali,” Ujar Mami saat ditemui saat sedang asik menyaksikan warga dari atas jembatan.
Mami menuturkan, sebelumnya masyarakat memang tidak mendapatkan informasi terkait pembukaan pintu Bendungan Pamarayan ini. Namun kemudian, sekitar pukul 08.00 bendungan sudah dipenuhi warga, akhirnya informasi itu tersebar, dan berbondong datang ke lokasi. Mereka datang dengan peralatan tangkap yang lengkap. Dirinya pun tidak bisa menahan hasrat untuk ikut bergabung dan menyaksikan moment tersebut bersama teman-temannya. “Banyak yang dapat ada yang setengah karung malahan, ikan Mujair, Tawes,  Bloso, Gabus, Caung. Yang datang ada dari Cikeusal, Pamarayan, Bandung, malah ada juga yang dari Pandeglang. Kaya lebaran saja, ramai,” tuturnya.
Warga lainnya asal Desa Kampung Baru, Kecamatan Pamarayan Ibrahim menuturkan, kedatangannya ke lokasi untuk ikut tradisi Bedol Pamarayan ini sebelumnya tidak ada persiapan. Bahkan dirinya pun datang agak siang sekitar pukul 10.00, sehingga sudah mulai berkurang ikannya. Walau demikian, dirinya  berharap acara ini bisa dilakukan setiap tahun rutin, sebab ini adalah pesta rakyat. “Biasanya sebulan sebelum suka ada surat ke desa, kalau sekarang warga juga enggak ada persiapan,” Ucapnya.
Mantri Bendungan Pamarayan Nendhi Zulphandi mengatakan, bedol pamarayan artinya pengeringan debit air bendungan. Pada hari ini bendungan Pamarayan memang sengaja dikeringkan, dan surat pemberitahuannya pun telah disebarkan sejak kemarin (Senin, 21/2) lalu. “Tadi dibuka jam 8.00 dalam kondisi air di debit 376,” Ujar Nendhi.
Pria yang telah bertahun-tahun menjadi penjaga bendungan tersebut menuturkan, pengurasan Bendungan Pamarayan ini memang sudah lama sekali tidak dilakukan. Terakhir kali dilakukan pada tahun 2008. Setiap kali dilakukan pengeringan, masyarakat memang selalu ramai berbondong untuk menangkap ikan disana. Namun secara tekhnis, bedol pamarayan ini adalah cara untuk melakukan perawatan terhadap bendungan. Akan tetapi masyarakat memanfaatkan moment keringnya debit air itu untuk pesta rakyat yakni beramai-ramai menangkap ikan bersama sanak family. “Jadi kalau secara tekhnis, penurunan elevasi ini untuk melihat endapan lumpur juga pemotoan. Nah masyarakat itu memanfaatkan air yang kering ini untuk menangkap ikan,” Katanya.
Dirinya mengakui jika surat pemberitahuan yang diberikan kepada desa memang agak mempet. Sebab, biasanya diberitahukan sebulan sebelumnya, agar masyarakat bisa persiapan untuk menyambut bedol Pamarayan. Kemudian juga yang berbeda dibanding sebelumnya, bedol Pamarayan kali ini dilaksanakan di awal bulan yang notabene nya musim penghujan. “Di bulan kemarau Oktober biasanya. Kalau sekarang ya jadinya begini si airnya enggak cepat surut, karena ada air kiriman,” tuturnya.
Sementara itu OPSDA Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau, Ciujung, dan Cidurian (BBWSC3) Dana Sudarna mengatakan, secara tekhnis dibukanya pintu bendungan tersebut tujuannya untuk mengetahui jumlah nol nya debit air. Agar lumpur yang ada bisa terlihat dan didokumentasikan dengan difoto dan divideokan untuk kemudian dilaporkan. “Tahun 2008 terakhir dikeruk, dan baru kali ini dikeruk lagi. Pembukaan ini sekalian ngecek pintu dan underswite, jadi belum bisa dipastikan sampai kapannya. Jadi begitu pintu sudah tidak ada masalah dan normal kembali pasti kita tutup kembali,” Katanya.


Foto: Warga sedang menangkap ikan di Bendung Pamarayan, Desa Panyabrangan, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, Selasa (22/2/2017)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

POLITIK DAN KETIDAK DEWASAANNYA

D"opini" “Semakin dewasa perpolitikan itu semakin terlihat kacau, antara yang memaknai dan yang berperan dalam mendefinisikan kacau, elit hilir mudik mencari cara untuk membentuk kemenangan dengan jalan prestisius dalam anggapannya” Apa yang kita paham tentang politik? Apa yang kita paham tentang kedewasaan? Adakah kaitan dari kedua kata ini? Politik dan kedewasaan adalah sebuah proses saling bertoleransi dan saling bersikap untuk sebuah upaya yang lebih baik melalui sistem kesadaran. Jika kita berbicara politik dan kedewasaannya, maka kita akan membicarakan sebuah sistem yang telah tertata rapi dan telah terbentuk dengan sangat detail sehingga orang diluar atau actor politik akan dapat memahami alur yang berkembang. Sistem yang dimaksud adalah sebuah sistem yang berlandaskan kesadaran. Sistem yang berlandaskan kesadaran adalah tingkatan sistem yang telah mencapai titik sempurna dan telah berada dalam tingkatan teratas dari berbagai sistem yang ada, sebu...

Tentang "Jadi" Jurnalis

Menjadi seorang jurnalis adalah sesuatu yang berbeda. Walau tak sekeren profesi lain semisal dokter, PNS, pegawai BUMN atau lainnya yang berseragam. Tidak hanya kalah keren, tapi profesi ini pun belakangan lebih sering bergelut dengan stigma. Banyak kalangan yang menilai profesi ini tidak lebih dari sekedar mencari kesalahan orang. Lalu menukarnya dengan rupiah. Ah kejam sekali mereka yang berpandangan demikian. Tapi ku kira bukan hal yang salah juga pandangan itu muncul. Bagaimana tidak sitgma itu muncul, jika kemudian “kartu pers” bisa dengan mudah dibuat. Bisa dengan mudah digunakan sebagai kartu sakti. Mending kalau kartu itu digunakan oleh orang yang tepat, orang yang paham akan fungsi dan etikanya. Jika digunakan oleh segelintir oknum, rasanya itu yang membuat stigma ini muncul. Seharusnya ada pembatasan dan aturan, yang bisa menjaga ini. Agar tak sembarang orang bisa mengidentikan dengan profesi jurnalis dan sedikit-sedikit atas nama “Pers”. Bayangkan, ketika kartu sakti...

Perkara Gus dan Pedagang Es teh

  Credit foto : Detik.com Petruk bingung, belakangan, panggung media sosial hingga media massa, bahkan pos ronda ramai dengan berita tentang seorang Gus yang merupakan utusan presiden sekaligus tokoh ulama berseteru dengan netizen. Yah, petruk bilang berseteru dengan netizen karena bapak penjual es teh yang disebut "goblok" oleh utusan presiden itu tak berseteru langsung. Hanya saja hatinya mungkin merasa tersakiti ketika ucapan utusan presiden itu terlontar dengan lantang didepan hadirin yang banyak. Tapi kembali lagi hati orang siapa yang tahu. Tapi, ucapan pedas yang katanya hanya candaan itu ternyata menusuk dalam di relung hati banyak warganet. Terang saja, balasan hujatan terlontar lebih dari kata "goblok" pada utusan presiden itu. Luapan kekesalan netizen ditumpah ruahkan di berbagai platform media sosial.  Memang jangan sepelekan warganet atau netizen, kekuatannya lebih hebat daripada sebatas kekuatan orang dalam. Karena penjual es teh disakiti, semua netize...