Langsung ke konten utama

Alasan


Satu kata yang paling mudah keluar ketika kita kalah. Satu kata yang paling mudah keluar ketika kita gusar dan gagal. Satu kata yang paling sering ditanya, saat kita jelaskan perasaan. Apa sebenarnya alasan? Hantu kah?
Alasan adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Semua yang ada di dunia ini terlahir dengan alasan masing-masing. Tak ada sesuatu yang lahir begitu saja tanpa alasan. Bahkan untuk jatuh hati pun butuh alasan. Jika salah jawab, bisa-bisa kau gugur di medan tempur romantika.
Entah orang tua, guru, atasan hingga calon mertua dan si dia pun menanyakan alasan. Alasan yang tak tepat adalah pangkal kegagalan. Alasan yang jitu adalah penakluk mujarab dalam percakapan dan pertunjukan topeng atau dramaturgi kami bilang.
Biar cinta itu suci, tapi alasan mu harus bisa menjelaskan. Kadang kau bilang, cinta tak butuh alasan. Tapi nyatanya jika kau kembalikan pada hati kecil mu, alasan itu ada hanya tak bisa kau ungkapkan. Mana mungkin kau jalin hati tapi tak ada alasan yang bisa menjadi musababnya.
Sebenarnya kita sekolah tinggi-tinggi selain untuk membentuk etika, dan juga pola pikir, kita juga dituntut untuk bisa membuat alasan. Karena saat kau tak bisa jelaskan alasan atas apa yang kau buat, sia-sia lah sekolah mu.
Jadi pintar-pintarlah membuat alasan. (*)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

POLITIK DAN KETIDAK DEWASAANNYA

D"opini" “Semakin dewasa perpolitikan itu semakin terlihat kacau, antara yang memaknai dan yang berperan dalam mendefinisikan kacau, elit hilir mudik mencari cara untuk membentuk kemenangan dengan jalan prestisius dalam anggapannya” Apa yang kita paham tentang politik? Apa yang kita paham tentang kedewasaan? Adakah kaitan dari kedua kata ini? Politik dan kedewasaan adalah sebuah proses saling bertoleransi dan saling bersikap untuk sebuah upaya yang lebih baik melalui sistem kesadaran. Jika kita berbicara politik dan kedewasaannya, maka kita akan membicarakan sebuah sistem yang telah tertata rapi dan telah terbentuk dengan sangat detail sehingga orang diluar atau actor politik akan dapat memahami alur yang berkembang. Sistem yang dimaksud adalah sebuah sistem yang berlandaskan kesadaran. Sistem yang berlandaskan kesadaran adalah tingkatan sistem yang telah mencapai titik sempurna dan telah berada dalam tingkatan teratas dari berbagai sistem yang ada, sebu...

Tentang "Jadi" Jurnalis

Menjadi seorang jurnalis adalah sesuatu yang berbeda. Walau tak sekeren profesi lain semisal dokter, PNS, pegawai BUMN atau lainnya yang berseragam. Tidak hanya kalah keren, tapi profesi ini pun belakangan lebih sering bergelut dengan stigma. Banyak kalangan yang menilai profesi ini tidak lebih dari sekedar mencari kesalahan orang. Lalu menukarnya dengan rupiah. Ah kejam sekali mereka yang berpandangan demikian. Tapi ku kira bukan hal yang salah juga pandangan itu muncul. Bagaimana tidak sitgma itu muncul, jika kemudian “kartu pers” bisa dengan mudah dibuat. Bisa dengan mudah digunakan sebagai kartu sakti. Mending kalau kartu itu digunakan oleh orang yang tepat, orang yang paham akan fungsi dan etikanya. Jika digunakan oleh segelintir oknum, rasanya itu yang membuat stigma ini muncul. Seharusnya ada pembatasan dan aturan, yang bisa menjaga ini. Agar tak sembarang orang bisa mengidentikan dengan profesi jurnalis dan sedikit-sedikit atas nama “Pers”. Bayangkan, ketika kartu sakti...

Perkara Gus dan Pedagang Es teh

  Credit foto : Detik.com Petruk bingung, belakangan, panggung media sosial hingga media massa, bahkan pos ronda ramai dengan berita tentang seorang Gus yang merupakan utusan presiden sekaligus tokoh ulama berseteru dengan netizen. Yah, petruk bilang berseteru dengan netizen karena bapak penjual es teh yang disebut "goblok" oleh utusan presiden itu tak berseteru langsung. Hanya saja hatinya mungkin merasa tersakiti ketika ucapan utusan presiden itu terlontar dengan lantang didepan hadirin yang banyak. Tapi kembali lagi hati orang siapa yang tahu. Tapi, ucapan pedas yang katanya hanya candaan itu ternyata menusuk dalam di relung hati banyak warganet. Terang saja, balasan hujatan terlontar lebih dari kata "goblok" pada utusan presiden itu. Luapan kekesalan netizen ditumpah ruahkan di berbagai platform media sosial.  Memang jangan sepelekan warganet atau netizen, kekuatannya lebih hebat daripada sebatas kekuatan orang dalam. Karena penjual es teh disakiti, semua netize...