Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2018

Prahara Waode Sofia

Media sosial baru saja merilis satu cerita hangat. Kisah tentang seorang peserta talent show menyanyi di sebuah stasiun televisi swasta. Dimana pada video yang diunggah tersebut tampak tiga orang juri membully satu peserta. Alasannya karena sang kodok ehh sang peserta tidak berdandan dan tampil dengan riasan apik seperti para juri. Wohh cercaan pertanyaan nan pedas melontar dari mulut para juri. Lalu jawaban sedikit gugup pun meluncur pula dengan lirih dari sang kontestan. Sampai akhirnya sang peserta diharuskan pulang dengan hukum fardu ain. Wedehh persis seperti suasana pas lagi sidang skripsi tapi gak tahu jawabannya apa pas ditanya penguji. Geleng geleng melas. Tapi kalau skripsi kan substansi, masa iya saya penelitian tentang sosiologi komunikasi lalu dicecar pertanyaan bagaimana anak kambing bisa melahirkan anak haram. Lah mana saya tahu kan. Mungkin kambingnya minum alkohol dulu sebelum lahiran. Nah ini yang terjadi, audisi menyanyi alias talent show singing tapi yang di...

Upah Jurnalis

Beberapa hari yang lalu, Teman ku yang masih satu juruaan kuliah dan bekerja di profesi yang sama yakni Jurnalis, berkabar padaku. Dia bilang sudah mundur dari pekerjaan sebelumnya. Padahal ku tahu, dirinya sangat berbakat dan sangat pula jatuh hati dengan pekerjaannya. Dia bekerja di salah satu surat kabar harian local di daerahnya yang nun jauh disana. Bisa dibilang, profesi menjadi jurnalis memang sudah jadi impiannya. Tiap kali bertemu, ia kerap bercerita tentang idealism dan asiknya menjadi jurnalis. Dia ceritakan tentang kekagumanya pada jurnalis-jurnalis senior yang selama ini hanya bisa dikagumi lewat tulisannya.  Namun satu alasan yang tak bisa ku bantah telah membuatnya memilih pekerjaan lain. Bukan karena ia sudah bosan atau sudah tak cinta (bahasa romansanya). Namun alasan mendasar yang sebenarnya dirasakan oleh semua jurnalis terutama di local. Jadi jurnalis di local memang seperti mimpi di siang bolong, tak seindah masa kuliah di Kampus. Dimana kita diceko...

TGB oh TGB

Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi mendadak jadi perbincangan banyak pihak dalam rentang waktu lima hari ini. Ucapan gubernur dua periode itulah musababnya yang membuat ia menjadi tranding topik. Sosok yang selama ini digadang gadang sebagai calon kuat wakil presiden atau bahkan presiden yang akan menyaingi Joko Widodo dalam pencapresan 2019 nyatanya berbalik arah. Laksana anak panah yang sudah meluncur deras ke arah lawan lalu kemudian di putar balik dan berbalik arah. TGB sapaan akrabnya tanpa diduga dan disangka entah ada angin apa tiba tiba saja jatuhkan pilihan hati untuk mendukung Joko Widodo atau Jokowi pada Pilpres 2019. Kontan, ucapan yang disampaikan walau atas nama pribadi itu telah menarik pemantik perpecahan dalam kubu pendukung sebelumnya. Mereka mulai gusar dan sebaliknya kubu lain tampak sumringah. Bagaimana tidak, mendapatkan dukungan TGB ibarat Juventus yang kedatangan Cristiano Ronaldo. Bahkan dukungannya ...

Era Baru Perpolitikan

Banyak orang bilang jika kini sudah memasuki era milenial. Berbagai kemudahan dan fasilitas tekhnologi bisa dirasakan. Rasanya tekhnologi menyentuh segala lini. Jelas, yang ditawarkan adalah kemudahan yang hakiki. Saya bilang itu visioner dan sesuai zaman. Sebab kalau kita bilang sulit pasti dibilang “kolot” atau “konvensional”. Saking milenialnya, silaturahim pun kini tak perlu bersusah payah. Cukup buat satu pesan lalu kemudian sebarkan melalui media sosial. Dalam waktu sekejap alias tak selama kita melupakan mantan, pesan singkat itu bisa sampai pada ribuan penerima. Bukan hanya info penting yang bisa disebar di era milenial ini, bahkan info kamu ingin makan atau ingin tidur saja bisa disebarkan. Apalagi info yang amat penting jelas itu lebih berfaedah. Maka sabdanya adalah “Sebegitu bebasnya era milenial ini”. Nah, satu peluang ini yang kemudian ditangkap oleh beberapa kalangan elit politik. Karena nyatanya, perpolitikan pun bisa dipermudah dengan media sosial. Tak perlu ...