Status manusia hanya satu, yakni sebagai hamba di hadapan yang maha kuasa. Itu sudah mutlak, lalu apa yang perlu kamu banggakan?
Sebenarnya kita semua tahu jawabannya, tapi mengingkari dengan berbagai alibi. Alibi tersebut lahir dari rasa lapar, lapar akan pujian, lapar akan kekuasan, lapar akan harta. Akhirnya cukup menjadi manusia yang pura pura bodoh, padahal gelarnya setinggi langit.
Sekali lagi, bukan karena tak tahu, tapi karena tak mau mengakui bahwa kita adalah hamba. Tak ada raja, tak ada dewa, semua sama adalah hamba. Maka biadab sekali ketika kita mengaku lebih baik dari orang lain, wajar jika Tuhan kemudian membenci orang yang tamak dan sombong.
Sedikit saja kesombongan dalam diri kita, maka telah menghapus hakekat gelar yang kita miliki. Gelar yang hanya sebatas simbol sosial itu, akan tergerus maknanya, dan tak ada artinya, manakala kita merasa lebih tinggi, lebih penting bahkan lebih pintar dari orang lain.
Iblis memang cerdik, tak mampu membuat orang malas beribadah, maka ia dorong untuk terus beribadah, yang tak mampu dibuat malas belajar, dibuat rajin belajar agar timbul rasa sombongnya. Sampai akhirnya manusia itu merasa lebih taqwa dibandingkan manusia lainnya.
Bahkan terkadang, niat menasihati orang lain pun berangkat dari sebuah kesombongan, karena merasa lebih baik dari orang disekitarnya. Memang iblis begitu cerdik. ***
Komentar
Posting Komentar