13 tahun sudah Banten berdiri dan menjadi bagian dari
provinsi yang independent dalam pemerintahan NKRI, telah banyak hal terlewati,
telah banyak pula yang menjadi cengkraman keresahan dalam kehidupan masyarakat
selama ini. 13 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menjadikan dewasa sebuah
daerah, telah berbagai sistem otonomi diterapkan dalam pemerintahannya yang
seharusnya telah menjadikan Banten salah satu daerah yang berkembang pesat,
dengan merujuk pada akses geografis yang letaknya tidak jauh dari ibukota
Negara (Jakarta), potensi alam yang berlimpah seakan menjadi kekayaan yang
telah Tuhan berikan dan limpahkan untuk kemaslahatan umat manusia yang terlahir
dan hidup di Banten dan menjadi bagian dari masyarakat Banten.
13 Tahun adalah usia dimana seorang anak telah mencapai akhil
balighnya, bagaimana mereka dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
benar, begitu pula Banten, dalam usia saat ini seharusnya telah mampu menjadi
daerah yang besar dan mandiri tahu mana rakyat yang menderita dan tahu mana
bagian yang kekurangan, tidak memperkaya diri sendiri, seolah Banten adalah
milik perorangan ataukah Banten telah di privatisasi? Pemerintahan seakan
menjadi bagian terpenting yang lepas dari kewajiban sebagai pelayan rakyat,
malah menjadi raja yang melimpahkan kekayaan Banten untuk pribadinya.
13 tahun adalah usia yang tepat untuk menjadi besar, moment yang
tepat untuk mengenal dunia remaja, bukan anak bawang dalam jajaran provinsi di
Indonesia.
4 Oktober tepatnya Banten berdiri pada Tahun 2000, apa saja
prestasi yang telah Banten dapatkan selama ini? Sebuah kemirisan yang telah
begitu besar masyarakat Banten rasakan, suara rakyat seperti telah habis untuk
berteriak dan meminta kepedulian dan kesadaran bahwa Banten adalah milik semua
masyarakat Banten bukan pemrintah daerah semata, tolok ukur yang harus segera
dipaparkan, seperti apa prestasi Banten selama ini :
Banten berada dalam peringkat ke-5 sebagai provinsi yang memiliki
masalah gizi buruk, cerminan masayarakat yang ada di daerah pinggiran Banten
sudah lepas dari perhatian pemerintah, bahkan mereka seperti tidak tahu siapa
pemimpin daerah mereka, seperti yang telah dilakukan survey, masyarakat lebak
saja tidak tahu bahwa jokowi itu bukan gubernur Banten.sebegitu tidak
dikenalnya kah pemimpin Banten, padahal di setiap sudut kota Serang
gambar-gambar besar nan elegan telah terpampang disetiap barisan iklan layanan
masyarakat.
Angka pengangguran di Banten berada diatas rata-rata nasional
yaitu mencapai 10,74 persen dari seluruh jumlah penduduk di Banten pada tahun
2013, setiap tahun instansi pendidikkan di Banten melahirkan para generasi
intelektualnya namun semakin hari pula generasi ini hanya menjadi beban bagi
masyarakat yang ada di Banten ini, mereka tidak dapat terserap dalam
dunia kerja sehingga angka pengangguran semakin besar. Dan indeks ini harus
mendapatkan perhatian lebih bahwa sistem pendidikkan yang ada tidak menjadikan
masyarakat berkualitas namun hanya sebatas kuantitas.
Kemiskinan mencapai angka 2.643.135 jiwa pada tahun 2012, sudahkah
Banten sejahtera dengan melihat data kemiskinan yang mencapai rasio sebesar
ini? Lalu dimana pemrintah jika rakyat yang miskin masih belum terurusi dan
belum mendapatkan hidup yang mapan? Apakah ini hasil jerih payah para pemimpin
Banten selam 13 Tahun ini?
Banten bereada di urutan nomor satu sebagai provinsi terkorup pada
dinas pendidikkan dari data ICW menyebutkan kerugian Negara mencapai Rp. 209
miliar dengan kasus korupsi kurang dari 10 kasus, analisanya adalah jika angka
kasus hanya dibawah 10 namun uang kerugian mencapai 209 miliar maka,
penggelembungan korupsi berada dalam satu pihak atau dalam tangan individual
yang memiliki otoritas. Uang daerah tidak tersebar merata namun hilang dalam
perjalan sepihak, dan rakyat hanya menerima kabar dari keuangan tersebut tanpa
pernah melihat wujud asli asli daerah nilai tersebut.
Angka kerugian ini pun telah menempatkan Banten menjadi provinsi
terkorup ke-15 se Indonesia, sistem dinasti yang diperlihatkan dalam
pemerintahan Banten ternyata telah mampu menaikan peringkat Banten dalam angka
nasional, dan ini adalah sebuah prestasi negative yang patut di cermati oleh
setiap elemen masyarakat. Prestasi yang harus diwaspadai dan mendapat control
ketat dari setiap elemen, bahwa keberlangsungan jalannya pemerintahan telah
diberikan sepenuhnya pada mereka namun kita adalah pengawas yang harus
mengawasi setiap kecurangan yang akan menjadi bukti nyata bagi berjalannya
pemerintahan Banten, demi Banten sejahtera.
Kemiskinan, angka putus sekolah, pengangguran masih sangat tinggi
di Provinsi Banten, dalam membangun sebuah daerah yang besar, maka rasio
pendidikkan adalah hal utama yang harus mendapatkan perhatian, maka bagaimana
akan menjadi maju jika urusan perut dan dahaga intelektual saja masih belum
terpenuhi.
Lalu apa yang dapat kita lakukan sebagai akademisi? Yah kita
adalah advocate of change yang akan terus menindak lanjuti setiap kebijakkan
pemerintah Banten, jiwa kritis kita adalah pemenggal perilaku sewenang-wenang pemerintahan,
mereka tidak bisa berdiam di ruang ber AC, kursi empuk namun rakyat masih
banyak yang makan nasi aking atau menjadi pemulung di pinggir jalan, jiwa
kritis adalah nurani rakyat yang akan membakar semangat kepedulian dan koreksi
untuk setiap kemudaratan di Tanah Jawara ini, peduli atau tidak Banten adalah
tanah bersama masyarakat Banten bukan harta pribadi yang terus di hisap untuk
kekayaan privat. Kita adalah bagian dari perubahan, maju kritis adalah budaya
yang harus terus dijaga.
Komentar
Posting Komentar