Apa
yang terjadi hari ini memang sebuah hal yang menarik. Dimana dunia dipenuhi
dengan berbagai intrik lintas alam. Banyak hal yang sudah tidak berjalan sesuai
dengan koridornya, setidaknya begitu jika kita berkaca pada aturan-aturan dalam
kitab suci atau pun undang-undang negara. Norma pun sudah membantahnya dengan
kata “salah”. Eksistensi seolah menjadi barang paling berharga menyusul citra
baik yang ada di puncaknya. Entah bagaimana dan seperti apa caranya, semuanya
harus terlihat eksis. Jika tidak maka matilah dia dalam dunia yang dianggapnya
hidup ini.
Dunia
yang fana sudah dilupakan. Semua serba diselidiki, untuk kemudian bisa berbual
untuk mendapatkan sambutan hangat dunia. Dunia modern ini memang sudah lebih
maju, tidak hanya kereta cina atau pesawat luar angkasa Nasa, telisik
penelitian sudah jauh berkembang menembus alam batas. Seolah sudah tak ada lagi
batas antara fana dan nyata. Riset ilmiah saat ini menjadi satu-satunya yang
harus dipercaya. Entahlah, bagaimana kemudian ilmuwan akan merasionalkan tentang
tuhan. Tentang surga dan neraka, tentang alam kubur, tentang balasan kebaikan
berupa pahala dan dosa untuk kejahatan.
Agama
yang ada dimuka bumi saat ini menjadi satu hal yang semakin pelik bagi
pemeluknya. Mereka yang benar, menganggap benar dengan kebenarannya. Begitu pula sebaliknya, sampai akhirnya muncul pertentangan. Entahlah,
kebenaran seperti apa yang dibenarkan itu, sampai akhirnya muncul beragam
kekerasan dan tak berprikemanusiaan yang dengan enteng diatasnamaka agama. Sebut
saja terror bom dimana-mana, atau perang antar agama yang kemudian
menyingkirkan agama lainnya yang minoritas. Sampai detik ini pun belum bisa
dipahami, kepuasan seperti apa yang ditanamkan pada pelakunya.
Tapi,
seperti apapun itu, agama pula lah yang selama ini telah mempersatukan. Tak bisa
pula lantas menghakimi agama sebagai keladinya, karena pada kenyataannya
kesalahan itu ada pada penganutnya. Tuhan yang satu dan dimaknai beragam hanya
karna keterbatasan manusia untuk menterjemahkan arti kebenaran yang
sesungguhnya. Kebenaran terlalu luas untuk di terjemahkan dan dikuasai sendiri.
Kadang kita pun perlu bertarung dengan beragam pembantahan alam bawah sadar dan
nurani serta ego dalam mengatakan itu benar. Semua kata dan perbuatan yang
muncul dalam makna kebenaran pun tak lepas dari pertengkarannya.
Apapun
itu, tak perlu memonopoli kebenaran yang luas. Miliki dan gunakan kebenaran itu
semampu kita. Kebenaran yang kita perjuangkan tak lantas melupakan sisi
kemanusiaan. Tak boleh ada radikalisme kebenaran atas nama apapun. Kebenaran
tetap kebenaran pada hakikatnya, dia kekal. Namun pembenaran dia fana, terlebih
untuk kebenaran yang terlalu luas.
Komentar
Posting Komentar