Barangkali
banyak dari kita yang sedang sibuk mencari dan menemukan. Entah itu mencari
jati diri, mencari jabatan, mencari prestasi atau mungkin sedang sibuk mencari
jarum pentul ditumpukan jerami. Atau mungkin ada yang sedang sibuk untuk
menemukan, entah menemukan kekasih hati, menemukan tambatan yang tepat.
Semuanya dalam satu proses yang sama. Mencari dan menemukan adalah dua
perbuatan yang perlu dibarengi niat dan upaya. Tidak bisa hanya mengandalkan mantra
“bim salabim” dan lantas terjadilah.
Mencari
dan menemukan adalah dua hal yang saling beriringan. Seperti dalam permainan
petak umpet (permainan tradisional zaman dahulu), ada yang bertugas berjaga dan
ada yang sembunyi. Jika sembunyi itu atas kehendaknya, maka dengan sangat mudah
ia bisa saja menyerah dan memberikan petunjuk pada sang jaga untuk bisa
menemukannya. Tapi sialnya yang niat sembunyi itu malah disembunyikan. Sehingga
dia yang sembunyi itu menjadi tak sadar jika dirinya sedang sembunyi. Sedangkan
orang yang berjaga sudah mati-matian mencarinya. Sehingga ketika orang yang
sibuk mencari sudah letih pun, sosok yang harus ditemukan tak juga berpetunjuk.
Dirinya hilang ditelan ketidak pahaman. Tidak akan bertemu, kecuali berserah
pada pepatah “Asam di gunung, garam di lautan, bertemu juga dalam belanga,” itu
lah jodoh.
Kita yang sedang sibuk mencari, tak pelak putus asa dengan prosesnya. Yakinlah, tak mungkin pencarian itu tak bertepi. Yakinlah, bahwa apa yang kita cari adalah hal yang realistis dan ada bentuknya. Bukan fatamorgana, atau pula khayalan semata. Cari dan temukanlah, karena sesuatu yang diperoleh dari satu proses pencarian akan lebih bernilai. (*)
Komentar
Posting Komentar