Langsung ke konten utama

“Figuran”


Beberapa orang kerap senang ketika masuk menjadi figuran dalam sebuah judul film. Tak penting tajuknya apa, namun jadi figuran sudah lah membahagiakan untuknya. Bisa dilihat oleh banyak orang dan jadi andil dalam satu kesuksesan. Barangkali itu yang terlintas dalam sosok yang disebut figuran.
Figuran biasanya sosok yang sebenarnya tak penting-penting amat, tapi tanpa dia film itu kehilangan satu adegan. Sudah barang tentu, jika kehilangan satu adegan atau pun scene, alur film itu menjadi sedikit berkurang maknanya.
Dalam dunia nyata, figuran pun kerap dibutuhkan. Sebagai sosok yang bisa diandalkan, tapi dia tak pernah benar-benar dipentingkan. Bisa saja hanya menjadi penghapus lara untuk dia yang sedang patah hati atau berduka. Lantas setelah hatinya kembali bersemi, sang figuran itu sudah tak ada gunanya. Tak ada istilah dibuang sayang, yang ada hati ku senang kamu silahkan pulang. Pulang kembali menemukan hari-hari mu yang lalu.
Tapi kadang paradoks, walau peran figuran itu tak besar manfaat untuk kitanya. Tapi kita tetap bangga pernah menjalani peran itu. Makanya kadang kita biasa terjebak dalam zona nyaman untuk peran figuran. Figura tak mungkinlah bisa bersaing dengan actor utama, atau pula bermimpi untuk mendapatkan peran utama.
Jika pun kesampaian, barangkali figuran itu sedang bermimpi dengan dunianya. Alamnya sudah tak lagi di dunia nyata, tapi terjebak dalam dunia halusinasi. Jadi masih bangga dengan jadi figuran? (Asal kamu senang kenapa tidak)
(***)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

POLITIK DAN KETIDAK DEWASAANNYA

D"opini" “Semakin dewasa perpolitikan itu semakin terlihat kacau, antara yang memaknai dan yang berperan dalam mendefinisikan kacau, elit hilir mudik mencari cara untuk membentuk kemenangan dengan jalan prestisius dalam anggapannya” Apa yang kita paham tentang politik? Apa yang kita paham tentang kedewasaan? Adakah kaitan dari kedua kata ini? Politik dan kedewasaan adalah sebuah proses saling bertoleransi dan saling bersikap untuk sebuah upaya yang lebih baik melalui sistem kesadaran. Jika kita berbicara politik dan kedewasaannya, maka kita akan membicarakan sebuah sistem yang telah tertata rapi dan telah terbentuk dengan sangat detail sehingga orang diluar atau actor politik akan dapat memahami alur yang berkembang. Sistem yang dimaksud adalah sebuah sistem yang berlandaskan kesadaran. Sistem yang berlandaskan kesadaran adalah tingkatan sistem yang telah mencapai titik sempurna dan telah berada dalam tingkatan teratas dari berbagai sistem yang ada, sebu...

Tentang "Jadi" Jurnalis

Menjadi seorang jurnalis adalah sesuatu yang berbeda. Walau tak sekeren profesi lain semisal dokter, PNS, pegawai BUMN atau lainnya yang berseragam. Tidak hanya kalah keren, tapi profesi ini pun belakangan lebih sering bergelut dengan stigma. Banyak kalangan yang menilai profesi ini tidak lebih dari sekedar mencari kesalahan orang. Lalu menukarnya dengan rupiah. Ah kejam sekali mereka yang berpandangan demikian. Tapi ku kira bukan hal yang salah juga pandangan itu muncul. Bagaimana tidak sitgma itu muncul, jika kemudian “kartu pers” bisa dengan mudah dibuat. Bisa dengan mudah digunakan sebagai kartu sakti. Mending kalau kartu itu digunakan oleh orang yang tepat, orang yang paham akan fungsi dan etikanya. Jika digunakan oleh segelintir oknum, rasanya itu yang membuat stigma ini muncul. Seharusnya ada pembatasan dan aturan, yang bisa menjaga ini. Agar tak sembarang orang bisa mengidentikan dengan profesi jurnalis dan sedikit-sedikit atas nama “Pers”. Bayangkan, ketika kartu sakti...

Perkara Gus dan Pedagang Es teh

  Credit foto : Detik.com Petruk bingung, belakangan, panggung media sosial hingga media massa, bahkan pos ronda ramai dengan berita tentang seorang Gus yang merupakan utusan presiden sekaligus tokoh ulama berseteru dengan netizen. Yah, petruk bilang berseteru dengan netizen karena bapak penjual es teh yang disebut "goblok" oleh utusan presiden itu tak berseteru langsung. Hanya saja hatinya mungkin merasa tersakiti ketika ucapan utusan presiden itu terlontar dengan lantang didepan hadirin yang banyak. Tapi kembali lagi hati orang siapa yang tahu. Tapi, ucapan pedas yang katanya hanya candaan itu ternyata menusuk dalam di relung hati banyak warganet. Terang saja, balasan hujatan terlontar lebih dari kata "goblok" pada utusan presiden itu. Luapan kekesalan netizen ditumpah ruahkan di berbagai platform media sosial.  Memang jangan sepelekan warganet atau netizen, kekuatannya lebih hebat daripada sebatas kekuatan orang dalam. Karena penjual es teh disakiti, semua netize...