Langsung ke konten utama

Merah Jambu

Taukah kamu, menahan rindu pada yang amat kau rindukan akan berakibat fatal. Kau akan lumpuh dalam banyak hal. Lumpuh dalam pemikiran, perasaan, perbuatan dan mungkin yang lainnya. Tak bisa dipungkiri jika rindu adalah getaran yang amat dekat rasanya dengan hati. Rasa yang timbul dikarenakan adanya jarak. 
Banyak kalangan muda mudi yang coba menahan rindu, namun kemudian tak sanggup. Dia bilang lebih baik menahan sakit perut daripada harus menahan rindu. Ada benarnya juga kang Pidi Baiq lewat kata-kata dilan si tokoh remaja lelaki yang amat fenomenal, katanya “Jangan rindu, berat. Kamu enggak akan kuat, biar aku saja,”.
Entah berapa banyak yang telah menjadi korban dari perasaan rindu itu. Kebanyakan dari mereka menjadi layu, ada pula yang murung, bahkan menjadi hilang nafsu makan dan gairahnya. Rindu memang benar, semakin di pikirkan yang dirindu maka akan semakin dirindukan. Aku juga buka sok kuat, mau mencoba merasakan rindu. Bukan sok tegar atau jagoan seperti super hero yang sanggup bawa beban rindu. Tapi ini jalannya, rindu lah yang harus ku terima.
Indera ini memang terkadang terlalu sensisitif menerima warna. Warna yang kemudian di konversi menjadi simbol-simbol. Berkembanglah jadi harapan timbulnya percakapan yang biasa kita sebut komunikasi. Ternyata salah tafsir, rindu hanya menjadi perang perasaan dalam kecamuknya.
“Aku mau rindu, biar bisa merasakan bebannya. Biar ku taklukan Dilan,” (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

POLITIK DAN KETIDAK DEWASAANNYA

D"opini" “Semakin dewasa perpolitikan itu semakin terlihat kacau, antara yang memaknai dan yang berperan dalam mendefinisikan kacau, elit hilir mudik mencari cara untuk membentuk kemenangan dengan jalan prestisius dalam anggapannya” Apa yang kita paham tentang politik? Apa yang kita paham tentang kedewasaan? Adakah kaitan dari kedua kata ini? Politik dan kedewasaan adalah sebuah proses saling bertoleransi dan saling bersikap untuk sebuah upaya yang lebih baik melalui sistem kesadaran. Jika kita berbicara politik dan kedewasaannya, maka kita akan membicarakan sebuah sistem yang telah tertata rapi dan telah terbentuk dengan sangat detail sehingga orang diluar atau actor politik akan dapat memahami alur yang berkembang. Sistem yang dimaksud adalah sebuah sistem yang berlandaskan kesadaran. Sistem yang berlandaskan kesadaran adalah tingkatan sistem yang telah mencapai titik sempurna dan telah berada dalam tingkatan teratas dari berbagai sistem yang ada, sebu...

Tentang "Jadi" Jurnalis

Menjadi seorang jurnalis adalah sesuatu yang berbeda. Walau tak sekeren profesi lain semisal dokter, PNS, pegawai BUMN atau lainnya yang berseragam. Tidak hanya kalah keren, tapi profesi ini pun belakangan lebih sering bergelut dengan stigma. Banyak kalangan yang menilai profesi ini tidak lebih dari sekedar mencari kesalahan orang. Lalu menukarnya dengan rupiah. Ah kejam sekali mereka yang berpandangan demikian. Tapi ku kira bukan hal yang salah juga pandangan itu muncul. Bagaimana tidak sitgma itu muncul, jika kemudian “kartu pers” bisa dengan mudah dibuat. Bisa dengan mudah digunakan sebagai kartu sakti. Mending kalau kartu itu digunakan oleh orang yang tepat, orang yang paham akan fungsi dan etikanya. Jika digunakan oleh segelintir oknum, rasanya itu yang membuat stigma ini muncul. Seharusnya ada pembatasan dan aturan, yang bisa menjaga ini. Agar tak sembarang orang bisa mengidentikan dengan profesi jurnalis dan sedikit-sedikit atas nama “Pers”. Bayangkan, ketika kartu sakti...

Perkara Gus dan Pedagang Es teh

  Credit foto : Detik.com Petruk bingung, belakangan, panggung media sosial hingga media massa, bahkan pos ronda ramai dengan berita tentang seorang Gus yang merupakan utusan presiden sekaligus tokoh ulama berseteru dengan netizen. Yah, petruk bilang berseteru dengan netizen karena bapak penjual es teh yang disebut "goblok" oleh utusan presiden itu tak berseteru langsung. Hanya saja hatinya mungkin merasa tersakiti ketika ucapan utusan presiden itu terlontar dengan lantang didepan hadirin yang banyak. Tapi kembali lagi hati orang siapa yang tahu. Tapi, ucapan pedas yang katanya hanya candaan itu ternyata menusuk dalam di relung hati banyak warganet. Terang saja, balasan hujatan terlontar lebih dari kata "goblok" pada utusan presiden itu. Luapan kekesalan netizen ditumpah ruahkan di berbagai platform media sosial.  Memang jangan sepelekan warganet atau netizen, kekuatannya lebih hebat daripada sebatas kekuatan orang dalam. Karena penjual es teh disakiti, semua netize...