aku masih tak habis pikir dengan berbagai fenomena sosial yang terjadi beberapa hari ini, hingga menarik analisaku pada pemberitaan dimedia massa terkait isu-isu sosial yang menghawatirkan.
aku masih belum berhenti untuk berpikir dan mencoba mencari tahu tentang apa yang terjadi dibalik hancurnya bangsa ini, aku tidak ingin bangsa ini menjadi sebuah bangsa yang tergolong negara berkembang, karena aku yakin ungkapan negara berkembang adalah sebuah ungkapan pembesar hati semata, karean didunia ini dalam stratifikasi sosial tidak ada negara berkembang yang ada hanya negara miskin dan negara maju atau petani dan industri.
Setelah
mencuatnya beberapa kasus korupsi, kasus penganiayaan oleh pihak pengadil, aksi
pencabulan oleh pendidik, dan hal itu terexpos oleh media, hingga nasional
maupun mancanegara mengetahui pemberitaan tersebut, sustu hal yang miris, jika
mengingat kita tengah berada dalam sebuah dunia perkembangan yang katanya
bangsa ini adalah bangsa beradab sopan, peduli moral dan beretika timur, tapi
mana yang memperjelas dan menguatkan statement itu? Apakah semua itu hanya
menjadi jargon masa lampau atau memang hanya menjadi kata mutiara yang pernah
hadir dizaman manusia purba?
Terbilang
sebagai sebuah argument masa lampau jika kita masih berkaca kepada cerita yang
hadir dimedia massa saat ini, dengan berbagai macam sisi drama dan
kriminalitasnya yang memenuhi membuat semua ini adalah sebuah tanggung jawab
besar dunia pendidikkan. Sudah tepatkah pendidikkan yang berjalan di Indonesia
ini?
Krisis
merupakan sebuah keadaan sulit yang dialamai oleh sebuah system atau keadaan
pelik yang mencerminkan betapa sulitnya atau langkanya suatu hal. Pendidikkan adalah
sebuah proses untuk membentuk manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
faham menjadi paham dan dari tidak ebretika menjadi beretika. Kebanyakkan system
saat ini pendidikkan hanya berorientasi pada satu sisi yaitu hasil academic yang
baik, tanpa MORAL yang benar. Krisis pendidikkan merupakan sebuah keadaan
dimana masyrakat akan sulit untuk menemui insane-insan output pendidikkan yang
berpegang pada idealismenya yang ada, sehingga mereka hanya akan menjadi angin
lalu seperti pohon bambu yang terkena angin hingga condong kekiri dan kekanan,
seperti itulah sosok krisis pendidikkan yang ada di Indonesia.
Aku
masih percaya bahwa bangsa ini masih memiliki banyak orang cerdas dan berbakat,
tapi aku ragu jika bangsa ini masih memiliki kumpulan orang berbudi dan
beridealisme kokoh. Salah siapa jika krisis pendidikkan ini terjadi? Jika melihat
dari satu sudut pandang, hal ini adalah sebuah kesalahan pemerintah selaku
pemilik wewenang dan system dalam membentuk apapun, namun jika kita bijak, ini
adalah sebuah kesalahan bersama baik pemerintah dan instansi pendidikkan itu
sendiri, mengapa system yang ada tidak dapat dijadikan sebuah standarisasi
moral, hingga rekruitmen pengajar dan cara masuk siswa yang ada itu adalah
sebuah kesalahan besar, dengan berada pada konsep KKN bersama yang aku Sebut
KKN kecil.
Krisis
ini akan berlanjut pada tingkat lain, dengan pemaknaan umum dari ranah
pendidikkan yang menjadi dasar sebuah ideology nantinya, hingga hal ini
mencemari segala aspek yang ada baik social, politik, ekonomi, hukum, bahkan
agama sekalipun menjadi sebuah pertaruhan dunia pendidikkan.
Kita
masih saja terfokus pada pendidikkan budaya barat, padahal secara tidak
langsung ini adalah sebuah bentuk penjajahan edukasi yang kemudian hari akan
emrambah pada tingkat budaya, moral bahkan tingkat social. Semua orang berlomba
untuk mendidik anak-anak mereka dengan berbagai pengertian moralitas barat, ahh
sudah terkikis semua moral timur dibangsa ini. Aku yakin kemampuan tinggi
filtrasi yang dimiliki bangsa Indonesia pada zaman dahulu sudah tidak ada saat
ini, yang ada kita terlah berada diambang kehancuran tingkat domino.
Insan-insan
di dunia moralitas Indonesia terkikis sudah, sudah layakkah kita menjadi sebuah
bangsa besar dengan berkaca pada hancurnya moral yang ada. Sudah tergambar
dalam benak saya kekacauan tentang penyelenggaraan pemerintahan dikemudain
hari, hingga angan besar dan statement “matahari terbit dari barat dan
tenggelam di timur” akan terwujud dengan cepat. Aku mendefinisikan sendiri
ungkapan itu bahwa hal itu berkaitan dengan perpindahan budaya, hingga buday
timur menjadi ekbarat dan budaya barat menjadi adopsi timur.
Sampai
saat ini aku masih berkata, krisis pendidikkan salah siapa?
Komentar
Posting Komentar