Langsung ke konten utama

REALITA DERMA...

kisah ini mungkin bukan sebuah kisah penting, hanya potongan sebuah waktu yang terkam dalam benakku...    
         berbagi kadang membuat sesuatu mEnjadi Berbeda..tapi pernah sadar kalau berbagi itu tak perlu melihat kapan datangnya moment yang tepat..
secercah malam ini terasa berbeda, dingin mencuat diatas segalanya, hal yang tabu, jika terus berpikir kota ini adalah sebuah kota yang panas, sebuah anomali sepertinya, berprinsip dengan perbedaan alamiah..
            malam ini, kami berkumpul di beranda kontrakkan, sebuah rumah kecil yang kami huni ber enam, disini berbagai prinsip dan ideologi dipersatukan, kami bukan kelompok mahasiswa cerdas, hanya kelompok hedonis yang tak tahu cara menjadi orang benar dalam pandangan orang lain.
"lu laper ga ?' teman ku bertanya..yahah biasa tengah malam seperti ini jika begadang pasti perut tidak bisa diajak berdiskusi..
"iya laper, beli makan yu, "jawab ku...memang benar-benar lapar dimalam itu,"ya udah kita mau beli makan, ada yang mau nitip ga?" temanku menjawab dan bertanya pada yang lainnya.."iyah gw nitip minuman yah, ni uangnya,"jawab temanku yang lain, begitupun yang lain mereka menitipkan uangnya pada ku, ..
lalu kami berdua pergi ke sebuah indomaret untuk membeli makanan dan minuman tersebut, setelah beberapa saat, tibalah kami di Indomaret tersebut, dan tanpa melihat sekitar, langsung kami berdua masuk kedalam indomaret itu, dan dalam waktn u yang cukup lama kami memilih" makanan yang akan kami beli, hampir sejam lebih kami berada didalam Indomaret tersebut, entah apa yang tengah dipikirkan hingga untuk memilih makanan saja sampai berlangsung dengan cukup lama seperti itu, dan akhirnya setelah lama, akhirnya kamipun selesai memilih dan kemudian kami membayar makanan itu, "wahh uangnya pas-pasan "kata ku, pada temanku..":hha iya, seklai-kali dikorupsi" celeneh temanku, "apa yang mau dikorupsi hhaa?" jawabku..kemudian kamipun keluar dan sampai dipintu aku sudah berada diatas motornya dan siap berangkat, dan saat temanku hendak menghampiri ku, dia melihat seorang lelaki tua sedang duduk sambil menadahkkan tangannya, lelaki itu seorang peminta-minta, dan dengan segera dia dekati dan menyerahkan makanan yang kami beli..

hahhhh, aku terperanjat....dengan sedikit kesal, apa yang dipikirkannya, itu makanan buat anak-anak dikosan, kenapa dikasih keorang lain...
tidak habis pikir dalam benakku..
"kenapa dikasihkan makanannya, itukan makanan orang?" tanyaku dengan nada sedikit kesal..
temanku hanya tersenyum dan segera naik kemotor dan bilang "yu jalan.."..


ahh aku memang tidak habis pikr dengan perilaku temanku..tapi aku mendapatkan makna di balik perbuatannya, ...kalau kamu?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

POLITIK DAN KETIDAK DEWASAANNYA

D"opini" “Semakin dewasa perpolitikan itu semakin terlihat kacau, antara yang memaknai dan yang berperan dalam mendefinisikan kacau, elit hilir mudik mencari cara untuk membentuk kemenangan dengan jalan prestisius dalam anggapannya” Apa yang kita paham tentang politik? Apa yang kita paham tentang kedewasaan? Adakah kaitan dari kedua kata ini? Politik dan kedewasaan adalah sebuah proses saling bertoleransi dan saling bersikap untuk sebuah upaya yang lebih baik melalui sistem kesadaran. Jika kita berbicara politik dan kedewasaannya, maka kita akan membicarakan sebuah sistem yang telah tertata rapi dan telah terbentuk dengan sangat detail sehingga orang diluar atau actor politik akan dapat memahami alur yang berkembang. Sistem yang dimaksud adalah sebuah sistem yang berlandaskan kesadaran. Sistem yang berlandaskan kesadaran adalah tingkatan sistem yang telah mencapai titik sempurna dan telah berada dalam tingkatan teratas dari berbagai sistem yang ada, sebu...

Tentang "Jadi" Jurnalis

Menjadi seorang jurnalis adalah sesuatu yang berbeda. Walau tak sekeren profesi lain semisal dokter, PNS, pegawai BUMN atau lainnya yang berseragam. Tidak hanya kalah keren, tapi profesi ini pun belakangan lebih sering bergelut dengan stigma. Banyak kalangan yang menilai profesi ini tidak lebih dari sekedar mencari kesalahan orang. Lalu menukarnya dengan rupiah. Ah kejam sekali mereka yang berpandangan demikian. Tapi ku kira bukan hal yang salah juga pandangan itu muncul. Bagaimana tidak sitgma itu muncul, jika kemudian “kartu pers” bisa dengan mudah dibuat. Bisa dengan mudah digunakan sebagai kartu sakti. Mending kalau kartu itu digunakan oleh orang yang tepat, orang yang paham akan fungsi dan etikanya. Jika digunakan oleh segelintir oknum, rasanya itu yang membuat stigma ini muncul. Seharusnya ada pembatasan dan aturan, yang bisa menjaga ini. Agar tak sembarang orang bisa mengidentikan dengan profesi jurnalis dan sedikit-sedikit atas nama “Pers”. Bayangkan, ketika kartu sakti...

Perkara Gus dan Pedagang Es teh

  Credit foto : Detik.com Petruk bingung, belakangan, panggung media sosial hingga media massa, bahkan pos ronda ramai dengan berita tentang seorang Gus yang merupakan utusan presiden sekaligus tokoh ulama berseteru dengan netizen. Yah, petruk bilang berseteru dengan netizen karena bapak penjual es teh yang disebut "goblok" oleh utusan presiden itu tak berseteru langsung. Hanya saja hatinya mungkin merasa tersakiti ketika ucapan utusan presiden itu terlontar dengan lantang didepan hadirin yang banyak. Tapi kembali lagi hati orang siapa yang tahu. Tapi, ucapan pedas yang katanya hanya candaan itu ternyata menusuk dalam di relung hati banyak warganet. Terang saja, balasan hujatan terlontar lebih dari kata "goblok" pada utusan presiden itu. Luapan kekesalan netizen ditumpah ruahkan di berbagai platform media sosial.  Memang jangan sepelekan warganet atau netizen, kekuatannya lebih hebat daripada sebatas kekuatan orang dalam. Karena penjual es teh disakiti, semua netize...