Langsung ke konten utama

21 tahun makna dan realita..

catatan ini mungkin bukan catatan penting yang layak dimasukkan dalam ingatan, namun aku hanya ingin berbagi seberapa sosok ini besar dengan sedikit ingatan yang masih kumiliki...efleksitas setiap masalalu, dan hidupku gagal jika aku tak pernah mampu merefleksitaskan setiap hal dari masa lalu itu..

21 Tahun yang lalu aku baru terlahir kedunia ini, mungkin dengan rasa suci dan tanpa dosa layaknya kapas putih yang berkilau, kemudian tumbuh menjadi manusia yang memiliki nafsu dan rasa namun hanya sebatas ingin dan tak pernah memahami berarti besarnya kehidupan dengan berbagai egois dan rasa amarah yang besar menjadi satu pribadi yang tak tahu cara mengendalikannya. kemudian berkembang menjadi satu bagian insan yang memiliki rasa dan hasrat untuk mendapatkan berbagai hal namun dengan satu sisi labil yang tak bisa di bayangkan sebagai seorang manusia yang terlalu diam, bahkan mereka bilang tak pernah peduli lingkungan, sosok yang aneh dan tak tahu akan menjadi apa manusia ini, punya motivasi hanya menjadi seseorang yang membanggakan dan tak tahu cara menggapainya, dan seperti itulah bodohnya sikap labil yang cenderung ingin tahu jati diri.
kemudian manusia ini tumbuh menjadi satu sosok yang memiliki perasaan dan cemburu, lebih memahami makna kehidupan namun sangat ceroboh untuk menciptakan satu keputusan, mungkin ini pubertas yang berlebih, ingin selalu diakui dan egois, bahkan menjadi sosok yang tak pernah berinteraksi dengan banyak orang, tak peduli keramaian hidup adalah dunianya.
dalam satu masa aku menjadi satu sosok yang membingungkan dan tak pernah memahami sebenarnya apa yang benar di dunia ini. 21 Tahun bukan satu masa yang singkat untuk dijalani, seharusnya jati diri telah ada bahkan menjadi satu reference dan foundation dalam bertindak, namun tidak. hal itu hanya sebatas bayangan yang kalah dengan emosi yang masih tetap labil dan tersesat pada berbagai realitas dunia.

namun hari ini...
aku ingin bersyukur padamu bahwa hidup bukan satu titik pemberhentian, dan mmasih banyak yang harus kulakukan dengan segenap nafas yang kau titipkan dalam diri ini, aku belum berhak untuk kembali dengan kesalahan dan kefanaan yang masih tertancap di ujung kepalaku. aku bersyukur rasanya hari ini adalah yang terbaik dalam setiap apa yang kulalui, dengan segala kesempurnaan yang telah kau berikan, aku berterimakasih..Ya Allah..
mungkiin aku masih kau izinkan untuk bertemu hari ini di waktu berikutnya..tapi jika tidakpun bukan hak ku untuk meminta lebih..
namun aku masih dan akan selalu mendefinisikan itu Bahagia..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

POLITIK DAN KETIDAK DEWASAANNYA

D"opini" “Semakin dewasa perpolitikan itu semakin terlihat kacau, antara yang memaknai dan yang berperan dalam mendefinisikan kacau, elit hilir mudik mencari cara untuk membentuk kemenangan dengan jalan prestisius dalam anggapannya” Apa yang kita paham tentang politik? Apa yang kita paham tentang kedewasaan? Adakah kaitan dari kedua kata ini? Politik dan kedewasaan adalah sebuah proses saling bertoleransi dan saling bersikap untuk sebuah upaya yang lebih baik melalui sistem kesadaran. Jika kita berbicara politik dan kedewasaannya, maka kita akan membicarakan sebuah sistem yang telah tertata rapi dan telah terbentuk dengan sangat detail sehingga orang diluar atau actor politik akan dapat memahami alur yang berkembang. Sistem yang dimaksud adalah sebuah sistem yang berlandaskan kesadaran. Sistem yang berlandaskan kesadaran adalah tingkatan sistem yang telah mencapai titik sempurna dan telah berada dalam tingkatan teratas dari berbagai sistem yang ada, sebu...

Tentang "Jadi" Jurnalis

Menjadi seorang jurnalis adalah sesuatu yang berbeda. Walau tak sekeren profesi lain semisal dokter, PNS, pegawai BUMN atau lainnya yang berseragam. Tidak hanya kalah keren, tapi profesi ini pun belakangan lebih sering bergelut dengan stigma. Banyak kalangan yang menilai profesi ini tidak lebih dari sekedar mencari kesalahan orang. Lalu menukarnya dengan rupiah. Ah kejam sekali mereka yang berpandangan demikian. Tapi ku kira bukan hal yang salah juga pandangan itu muncul. Bagaimana tidak sitgma itu muncul, jika kemudian “kartu pers” bisa dengan mudah dibuat. Bisa dengan mudah digunakan sebagai kartu sakti. Mending kalau kartu itu digunakan oleh orang yang tepat, orang yang paham akan fungsi dan etikanya. Jika digunakan oleh segelintir oknum, rasanya itu yang membuat stigma ini muncul. Seharusnya ada pembatasan dan aturan, yang bisa menjaga ini. Agar tak sembarang orang bisa mengidentikan dengan profesi jurnalis dan sedikit-sedikit atas nama “Pers”. Bayangkan, ketika kartu sakti...

Perkara Gus dan Pedagang Es teh

  Credit foto : Detik.com Petruk bingung, belakangan, panggung media sosial hingga media massa, bahkan pos ronda ramai dengan berita tentang seorang Gus yang merupakan utusan presiden sekaligus tokoh ulama berseteru dengan netizen. Yah, petruk bilang berseteru dengan netizen karena bapak penjual es teh yang disebut "goblok" oleh utusan presiden itu tak berseteru langsung. Hanya saja hatinya mungkin merasa tersakiti ketika ucapan utusan presiden itu terlontar dengan lantang didepan hadirin yang banyak. Tapi kembali lagi hati orang siapa yang tahu. Tapi, ucapan pedas yang katanya hanya candaan itu ternyata menusuk dalam di relung hati banyak warganet. Terang saja, balasan hujatan terlontar lebih dari kata "goblok" pada utusan presiden itu. Luapan kekesalan netizen ditumpah ruahkan di berbagai platform media sosial.  Memang jangan sepelekan warganet atau netizen, kekuatannya lebih hebat daripada sebatas kekuatan orang dalam. Karena penjual es teh disakiti, semua netize...