Langsung ke konten utama

The Domino Model of Education Effect dalam Permaslahan Bangsa

Selayang pandang
Mahasiswa merupakan sekumpulan orang atau pemuda yang memiliki intelektualitas berbeda atau lebih dalam pemaknaan setiap fenomenologi social yang ada dalam kehidupan. Setiap pandangan yang hadir bukan lagi sekedar sebuah generalisasi yang bersifat positivis namun lebih kepada pemaknaan kritis terhadap setiap yang hadir, tidak berpikir karitatif namun aspek peka social menjadi satu akrakteristik yang harus dibangun dalam kehidupan masyarakat Indonesia ini.
Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang dianggap memiliki identitas bersama, dan mempunyai kesamaan bahasa, agama, ideologi, budaya, dan/atau sejarah. Mereka umumnya dianggap memiliki asal-usul keturunan yang sama. Konsep bahwa semua manusia dibagi menjadi kelompok-kelompok bangsa ini merupakan salah satu doktrin paling berpengaruh dalam sejarah. Doktrin ini merupakan doktrin etika dan filsafat, dan merupakan awal dari ideologi nasionalisme.
Menurut Undang-undang No.20 tahun 2003 mengatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Dalam definisi ini terlihat bahwa pendidikkan adalah aspek yang berideologis dengan konssep perbaikan dan pembinaan dasar dan pioner kecerdasan mental bangsa.
Wacana Permasalahan Bangsa
Setelah mencuatnya beberapa kasus korupsi, kasus penganiayaan oleh pihak pengadil, aksi amoral oleh pendidik, dan hal itu terexpos oleh media, hingga nasional maupun mancanegara mengetahui pemberitaan tersebut, suatu hal yang miris, jika mengingat kita tengah berada dalam sebuah dunia perkembangan yang katanya bangsa ini adalah bangsa beradab sopan, peduli moral dan beretika timur, tapi mana yang memperjelas dan menguatkan statement itu? Apakah semua itu hanya menjadi jargon masa lampau atau memang hanya menjadi kata mutiara yang pernah hadir dizaman manusia purba?
Berbicara tentang moral, tidak akan pernah terlepas dari apa yang disebut dengan pendidikkan, mengapa demikian? Pendidikkan adalah akar dari sebuah perubahan dari sebuah peradaban yang kecil namun dapat menjadi satu pengaruh besar, sebuah model domino effect yang hadir jika kita berbicara pendidikkan dalam kehidupan. Pendidikkan sebagai satu hal yang akan membentuk penagruh lain yang berakibat pada berbagai bentuk sisi berhasil atau bahkan sebaliknya negative side yang hadir, seperti sebuah kartu domino yang menjadi permainan para bangsawan pada masa kerajaan cina dan merujuk pada permainan ini fenomenologi permasalahan bangsa dimulai dari satu pemahaman yang berbeda terkait “Pendidikkan”. Efek domino ini merupakan sebuah perubahan elemen kecil yang akan merubah struktur secara besar dan secara sistematis yang saling berkaitan satu sama lainnya. Teori domino digunakan untuk menggambarkan saling hubungan antara suatu hal dan pengaruhnya, dengan mengambil fenomena yang terjadi di permainan susun-bangun kartu domino.
Dari analogi permainan ini, telah menjadi sebuah aplikasi jika mencoba untuk memaparkannya dalam fenomena perubahan social, yaitu permasalahan bangsa, hal yang menjadi sebab tersebut adalah fakta pendidikkan yang buruk, tercermin dari output yang hadir, pelajar masa kini dan masa lampau seakan berbanding lurus dengan kemudahan dalam  mengenyam pendidikkan dan menyelesaikan pendidikkan, semakin mudah untuk mendapatkan informasi atau ilmu maka akan semakin buruk output yang dihasilkan. Sebuah elegy mungkin jika kita terus berpikir tentang permasalahan ini, karena ini adalah sebuah permaslahan bangsa dan bukan hanya pemerintah namun semua aspek dalam lingkungan hidup Negara Indonesia. Patokan dari filsafat moral yang berada dalam aspek ontology yaitu etos, patos dan logos seakan tidak menjadi bersinergis namun menjadi satu bagian sisi yang dominan, etika pendidik dan peserta didik menguap saat berbenturan dengan profesionalisme dan symbol social, apakah ini adalah hasil pendidikkan? Yah, ini hasil pendidikkan yang dibangun oleh bangsa ini.
Renungan
Krisis merupakan sebuah keadaan sulit yang dialamai oleh sebuah system atau keadaan pelik yang mencerminkan betapa sulitnya atau langkanya suatu hal. Pendidikkan adalah sebuah proses untuk membentuk manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak faham menjadi paham dan dari tidak beretika menjadi beretika. Kebanyakkan system saat ini pendidikkan hanya berorientasi pada satu sisi yaitu hasil academic yang baik, tanpa MORAL yang benar. Krisis pendidikkan merupakan sebuah keadaan dimana masyarakat akan sulit untuk menemui insan-insan output pendidikkan yang berpegang pada idealismenya yang ada, sehingga mereka hanya akan menjadi angin lalu seperti pohon bambu yang terkena angin hingga condong kekiri dan kekanan, seperti itulah sosok krisis pendidikkan yang ada di Indonesia.
Aku masih percaya bahwa bangsa ini masih memiliki banyak orang cerdas dan berbakat, tapi aku ragu jika bangsa ini masih memiliki kumpulan orang berbudi dan beridealisme kokoh. Salah siapa jika krisis pendidikkan ini terjadi? Jika melihat dari satu sudut pandang, hal ini adalah sebuah kesalahan pemerintah selaku pemilik wewenang dan system dalam membentuk apapun, namun jika kita bijak, ini adalah sebuah kesalahan bersama baik pemerintah dan instansi pendidikkan itu sendiri, mengapa system yang ada tidak dapat dijadikan sebuah standarisasi moral, hingga rekruitmen pengajar dan cara masuk siswa yang ada itu adalah sebuah kesalahan besar, dengan berada pada konsep KKN bersama yang di Sebut KKN kecil.
Krisis ini akan berlanjut pada tingkat lain, dengan pemaknaan umum dari ranah pendidikkan yang menjadi dasar sebuah ideology nantinya, hingga hal ini mencemari segala aspek yang ada baik social, politik, ekonomi, hukum, bahkan agama sekalipun menjadi sebuah pertaruhan dunia pendidikkan.
Untuk memperbaiki permasalahan bangsa ini, tidak berpikir sedemikian mudah atau hanya sebatas kicauan teori namun butuh proses lama dan besar untuk menjadi iya dalam ketidak an, permasalahan bangsa yang menumpuk bukan untuk diamini atau sebatasa dikritisi namun membutuhkan solusi inovatif yang menjadikannya sebuah far and near future.
Menjadi mahasiswa bukan hanya untuk mengkritik, untuk apa sekolah mahal jika hanya menambah beban bangsa dengan kritikkan yang berbalut ego didalamnya, kita membutuhkan sebuah perubahan dalam makna pendidikkan, tidak ada salahnya kita yang memulai walaupun terjepit dengan system yang berlaku, dimulai dengan peduli makna ilmu dan pemahaman dari pendidikkan dan bukan score orientation, menumbuhka kesadaran untuk berlaku jujur dalam setiap perilaku pendidikkan, mungkin ini adalah langkah kecil dan banyak yang menganggap biasa, namun pertanyaannya adalah bisakah anda menjalankan langkah kecil ini, hingga kita tidak berstigma negative pada domino effect ini yang dianggap hanay berupa teori negative namun ternyata melalui langkah ini menjadi sebuah perubahan besar yang membangun dari elemen kecil menjadi system besar ditataran pemerintah nantinya.
Tidak ada persaingan dalam menjadi score orientation di ranah pendidikkan mahasiswa, kareana sadar etika dan pemahaman adalah keseimbangan besar yang menjadi orientasi pendidikkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

POLITIK DAN KETIDAK DEWASAANNYA

D"opini" “Semakin dewasa perpolitikan itu semakin terlihat kacau, antara yang memaknai dan yang berperan dalam mendefinisikan kacau, elit hilir mudik mencari cara untuk membentuk kemenangan dengan jalan prestisius dalam anggapannya” Apa yang kita paham tentang politik? Apa yang kita paham tentang kedewasaan? Adakah kaitan dari kedua kata ini? Politik dan kedewasaan adalah sebuah proses saling bertoleransi dan saling bersikap untuk sebuah upaya yang lebih baik melalui sistem kesadaran. Jika kita berbicara politik dan kedewasaannya, maka kita akan membicarakan sebuah sistem yang telah tertata rapi dan telah terbentuk dengan sangat detail sehingga orang diluar atau actor politik akan dapat memahami alur yang berkembang. Sistem yang dimaksud adalah sebuah sistem yang berlandaskan kesadaran. Sistem yang berlandaskan kesadaran adalah tingkatan sistem yang telah mencapai titik sempurna dan telah berada dalam tingkatan teratas dari berbagai sistem yang ada, sebu...

Tentang "Jadi" Jurnalis

Menjadi seorang jurnalis adalah sesuatu yang berbeda. Walau tak sekeren profesi lain semisal dokter, PNS, pegawai BUMN atau lainnya yang berseragam. Tidak hanya kalah keren, tapi profesi ini pun belakangan lebih sering bergelut dengan stigma. Banyak kalangan yang menilai profesi ini tidak lebih dari sekedar mencari kesalahan orang. Lalu menukarnya dengan rupiah. Ah kejam sekali mereka yang berpandangan demikian. Tapi ku kira bukan hal yang salah juga pandangan itu muncul. Bagaimana tidak sitgma itu muncul, jika kemudian “kartu pers” bisa dengan mudah dibuat. Bisa dengan mudah digunakan sebagai kartu sakti. Mending kalau kartu itu digunakan oleh orang yang tepat, orang yang paham akan fungsi dan etikanya. Jika digunakan oleh segelintir oknum, rasanya itu yang membuat stigma ini muncul. Seharusnya ada pembatasan dan aturan, yang bisa menjaga ini. Agar tak sembarang orang bisa mengidentikan dengan profesi jurnalis dan sedikit-sedikit atas nama “Pers”. Bayangkan, ketika kartu sakti...

Perkara Gus dan Pedagang Es teh

  Credit foto : Detik.com Petruk bingung, belakangan, panggung media sosial hingga media massa, bahkan pos ronda ramai dengan berita tentang seorang Gus yang merupakan utusan presiden sekaligus tokoh ulama berseteru dengan netizen. Yah, petruk bilang berseteru dengan netizen karena bapak penjual es teh yang disebut "goblok" oleh utusan presiden itu tak berseteru langsung. Hanya saja hatinya mungkin merasa tersakiti ketika ucapan utusan presiden itu terlontar dengan lantang didepan hadirin yang banyak. Tapi kembali lagi hati orang siapa yang tahu. Tapi, ucapan pedas yang katanya hanya candaan itu ternyata menusuk dalam di relung hati banyak warganet. Terang saja, balasan hujatan terlontar lebih dari kata "goblok" pada utusan presiden itu. Luapan kekesalan netizen ditumpah ruahkan di berbagai platform media sosial.  Memang jangan sepelekan warganet atau netizen, kekuatannya lebih hebat daripada sebatas kekuatan orang dalam. Karena penjual es teh disakiti, semua netize...