selamat malam tangan-tangan dingin yang terus temani setiap langkah kaki dan ujung nafasku. Boleh aku bercerita tentang eksistensi intrapersonal ku yang melibatkan rasio vs perasaan, tentang bingkai yang telah menjadi bangkai dalam ingatan ini. aku tersujud dibalik ceria dan tersungkur dibalik doa, coba kukaji dengan berbagai pemahaman yang kumiliki dan kutahu walaupun senyap sebenarnya..
Rasanya kita tidak pernah ingin memiliki rasa cinta namun tuhan terus memberi rasa itu sampai dimana kita akan bertahan atau berhenti untuk merasakan memiliki arti dari setiap perasaan itu.
jenuh?? mungkin itu adalah sebuah kontraksi atau mungkin hanya refleksitas dari realita yang terkesan dimaknai negatif oleh diri kita, tapi percaya bahwa tidak ada sebuah negasi yang akan bercerita negatif tanpa makna yang dibawanya oleh manusia, masalah atau konflik internal yang timbul dalam setiap diri manusia adalah sebuah hasil dari pemaknaan setiap individu itu sendiri,seperti menurut seorang filsuf (Epictus, Yunani) yang mengatakan "manusia terganggu bukan karena sesuatu, melainkan karena cara memandangnya". ini yang disebut konflik internal dalam diri manusia, kita lebih dekat dengan sikap makna yang negatif terhadap berbagai hal namun tidak pernah melihat sisi positif dari setiap keadaan.
mungkin ini adalah hal kecil ketika kita merasa galau dengan berbagai perihal termasuk permasalahan dengan CINTA namun itu adalah konflik yang harus kita hadapi dan bagaimana kita memandang hal itu agar tidak menjadi sebuah masalah.
ini bukan sebuah kisah yang terlahir dari rasa piciknya diri ini, dan bukan yang tercipta dari imajinasi dan rekayasa kehidupan, sebuah kesenjangan terjadi saat kita berada pada satu keadaan bargainning position yang menjadikan kita tersudut dan dilema antara mencintai atau meninggalkan untuk dia lebih bahagia. realita terkadang berlawanan dengan harapan namun itu dialektika kehidupan yang dinamis, tak senjang maka tak ramai mungkin ini yang harus dimaknai mendalam didasar pemikiran kita.
aku masih percaya (maaf menggunakan kata Aku) setiap perasaan yang terlahir pasti memiliki tujuan akhir yang ingin dicapai, ketika seseorang yang diharapkan tak mampu menerima kita walaupun kita telah dekat dengan hati dan dirinya namun tak pernah diizinkan masuk kedalam pintu hatinya, yah ini adalah takdir dan mencoba memaknai ini dalam sudut pandang internal sebagai seorang komunikator dan komunikan diri yang lebih cenderung merasa galau karena perdebatan panjang rasio dan perasaa, mungkin memang kata-kata manis itu lebih membuat kita lemah tapi coba menjadikan motivasi diri untuk terus hidup dengan memilih dia bahagia tanpa ku, itu lebih baik, keputusan itu manusia yang membuat namun takdir tuhan yang menentukan.
ini sebuah kesenjangan dan tergantung kita memaknai apakah akan menjadi sebuah masalah dan konflik intrapersonal atau menjadi sebuah pembelajaran.. aku sendiri masih tak tahu..
Komentar
Posting Komentar